TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Ketua DPR RI, Bambang Soestayo secara resmi menutup sidang III Paripurna DPR RI di Gedung Nusantara II, Komplek Parlemen Senayan, Jakarta Pusat, Rabu (14/2/2018).
Diawal pidatonya, Pria yang akrab Bamsoet ini terlihat mengenakan kemeja serta dasi berhitam, jas berwana hitam serta celana bahan berwarna hitam.
Bamsoet mengungkapkan alasannya mengenakan pakaian serba hitam.
Ia mengaku sedih terhadap kondisi DPR saat ini setelah meresmikan UU MD3 yang isi pasalnya dianggap kontroversial.
"Saya bergkabung, karena ketika kita membuka kepada publik membuka transparansi kepada publik, kita dituding membunuh demokrasi dan anti kritik," ucap Bamsoet diawal Pidatonya.
Bamsoet juga mengungkapan, DPR secara jelas menepis tuduhan sebagai lembaga yang kritik.
Baca: Wakil Ketua KPK Nilai Tidak Ada Hal Baru Rekomendasi Pansus Angket
Politikus partai Golkar ini menilai, kritis justu sebagai pemacu kerja serta kritikan dari publik justru menjadi dasar pengambilan keputusan di DPR.
"Justru kita harus menjadikan kritik sebagai vitamin yang dapat menyegarkan kehidupan demokrasi. Karena sejatinya demokrasi adalah bagaimana mengkonvensi berbagai perbedaan dan pandangan menjadi sebuah keputusan," kata Bamsoet.
Untuk itu, Bamsoet menyebut, lembaga DPR masih terus ingin melakukan pembenahan.
Karena itu, Bamsoet menegaskan bahwa DPR tak akan menutup mata terhadap kritik dari masyarakat.
"Dengan semangat untuk terus bebenah, DPR senantiasa memperhatikan aspirasi dan masukan masyarakat. Di era keterbukaan sekarang ini, kita tidak boleh menutup mata atas kritik yang disampaikan masyarakat. Apalagi yang sifatnya membangun," kata Bamsoet.
Usai menyampaikan point tersebut, empat buah layar digital berukuran besar yang berada di dalam ruang sidang Paripurna menampilkan sebuah tulisan berwarna hitam dengan background berwarna putih yang berisi 'Kami Butuh Kritik'.