TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Badan Reserse Kriminal (Bareskrim) Polri akan bekerjasama dan berkoordinasi dengan Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK) untuk menelusuri dana atau rekening para anggota kelompok penyebar berita bohong atau hoaks, Muslim Cyber Army (MCA).
Demikian disampaikan Kepala Divisi Humas Polri Inspektur Jenderal Setyo Wasisto di Mabes Polri, Jakarta, Jumat (9/3/2018).
"Kalau aliran dana kita pasti kerja sama dengan PPATK untuk melihat aliran dananya," ujar Setyo.
Setyo mengingatkan, kepolisian mampu melacak skema kerja kelompok penyebar hoax, isu SARA, dan ujaran kebencian itu.
Sebab, jejak digital yang dilakukan oleh para pelaku di dunia maya tak akan hilang.
Ia menambahkan, penyidik tak bisa terburu-buru menangani kasus ini mengingat ada jutaan para pengguna atau netizen di dunia maya.
Sebelumnya, polisi telah menangkap enam admin MCA, yakni Muhammad Luth (40), Rizki Surya Dharma (35), Ramdani Saputra (39), Yuspiadin (24), Roni Sutrisno di Palu, Tara Arsih, dan Bobby Gustiono (35).
Baca: Cak Percil Sempat Mbanyol 20 Menit Sebelum Dipenjara di Lai Chi Kok Hong Kong
Konten-konten yang disebarkan pelaku meliputi isu kebangkitan Partai Komunis Indonesia, penculikan ulama, dan mencemarkan nama baik presiden, pemerintah, hingga tokoh-tokoh tertentu.
Termasuk menyebarkan isu bohong soal penganiayaan pemuka agama dan pengrusakan tempat ibadah yang ramai belakangan.
Tak hanya itu, pelaku juga menyebarkan konten berisi virus pada orang atau kelompok lawan yang berakibat dapat merusak perangkat elektronik bagi penerima.
Mereka terancam dikenai pasal 45A ayat (2) Jo pasal 28 ayat (2) UU ITE 11/2008 ITE, pasal juncto pasal 4 huruf b angka 1 UU 40/2008 tentang Penghapusan Diskriminasi Ras dan Etnis dan atau pasal 33 UU ITE.
Jangan Lagi Sebut Muslim Cyber Army
Wakil Kepala Polri, Komisaris Jenderal Polisi Syafruddin menegaskan penggunaan kata muslim oleh kelompok MCA yang beroperasi menyebarkan berita hoaks dan ujaran kebencian di dunia maya tidak mencerminkan sebagai umat muslim sebenarnya.
Baca: Jokowi: Ibu Jangan Kampanye, Nanti Saya Kena Semprit
Ia pun berharap agar Muslim tidak diasosiasikan dengan penyebaran hoaks.
Oleh karena itu, Syafruddin meminta jajarannya tidak ada lagi menyebutkan atau membawa-bawa nama muslim dalam mengemukakan kasus penyebaran hoaks The Family MCA.
"Saya perintahkan jajaran Polri untuk jangan lagi menyebut Muslim Cyber Army, itu no," tegas Syafruddin di Jakarta Pusat.
Menurut Syafruddin, seorang muslim tidak akan melakukan hal yang tidak bertanggung jawab berupa menyebarkan hoaks dan ujaran kebencian.
Ia memastikan Polri akan terus melakukan tindakan tegas kepada para pelaku.
Direktorat Tindak Pidana Siber Bareskrim Polri telah menangkap tujuh penyebar hoaks yang berada dalam kelompok The Family MCA.
Baca: Permainan Kartu Remi Berujung Duel, Tubuh Ketut Ngarta Bersimbah Darah
Seorang tersangka bernama Bobby Gustiono ditangkap pada Minggu (4/3/2018).
Sebelumnya, sejumlah tersangka ditangkap serentak pada Senin (26/2/2018).
Muhamad Luth (40 tahun) ditangkap di Sunter, Jakarta Utara.
RSD (35 tahun) ditangkap di Pangkalpinang, Kepulauan Bangka Belitung.
RS ditangkap di Jembrana, Bali. Sedangkan, Yus ditangkap di Sumedang, Jawa Barat.
Tersangka lain ditangkap di Palu dengan inisial RC dan seorang lagi di Yogyakarta.