TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Melihat banyaknya pelaporan terhadap Sukmawati Soekarnoputri terkait puisi yang ia bacakan pada ajang pekan mode tanah air Indonesia Fashion Week (IFW) 2018, Ketua Umum Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) Jimly Asshiddiqie buka suara.
Ia menilai ada motif politik dibalik pelaporan tersebut, mengingat saat ini sudah memasuki tahun politik.
Segala kemungkinan bisa saja terjadi dan 'diikutsertakan'.
"Pasti ada, pokoknya sekarang tahun politik 2018 semua campur aduk," ujar Jimly, saat ditemui di Kantor Pusat ICMI, Menteng, Jakarta Pusat, Jumat (6/4/2018).
Ia menekankan bahwa 'goreng menggoreng' isu merupakan hal yang biasa dalam politik.
"Goreng menggoreng itu urusannya watak manusia," jelas Jimly.
Mantan Ketua Mahkamah Konstitusi (MK) itu kemudian menyebut politik dan ekonomi merupakan pasar bebas.
Sehingga bisa membentuk pribadi siapapun menjadi negatif atau buruk.
Baca: Massa PA 212 Penuhi Kawasan Sekitar Bareskrim Polri, Gambir Padat Merayap
"Politik ini pasar bebas jabatan, ekonomi pasar bebas kekayaan, sama-sama banyak iblis," kata Jimly.
Jimly menambahkan, pada tahun politik saat ini terdapa 3 agenda besar yakni pilkada serentak 2018 serta pilg dan pilpres 2019.
Tentunya akan muncul dua tipe manusia dalam tahun politik, putih ataupun hitam.
Terkait aksi damai 64 atau singkatan dari 6 April 2018 yang dilakukan massa untuk menuntut proses hukum terhadap Sukmawati, Jimly tidak bisa menilai apakah alsi tersebut ke arah kiri atau kanan.
"Pasar politik kan lagi hangat, misalnya tahun depan cuma dua, pasti hitam (atau) putih, Kalau demo ini bisa ke kanan dan ke kiri," kata Jimly.
Sebelumnya, beredar video pembacaan puisi yang dilakukan oleh Sukmawati Soekarnoputri yang isinya dianggap menyinggung kumandang azan dan cadar.
Puisi tersebut pun akhirnya menimbulkan pro dan kontra.
Sukmawati membacakan puisi tersebut dalam momen 29 Tahun Anne Avantie Berkarya di ajang Indonesia Fashion Week 2018.
Ia mendapatkan kesempatan untuk maju ke atas panggung dan membacakan puisi 'Ibu Indonesia', hasil karyanya.
Dari pembacaan tersebut, pro dan kontra pun bermunculan dari banyak pihak, mulai dari tokoh agama, politisi hingga masyarakat.