TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Ketua Umum Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) Jimly Asshiddiqie menanggapi tanggapan sejumlah pihak yang menilai puisi yang dibacakan Sukmawati Soekarnoputri menistakan agama.
Ia menjelaskan bahwa tiap orang tentunya memiliki persepsi yang berbeda dalam memandang suatu peristiwa, termasuk isi puisi tersebut.
"Nah itu masing-masing orang punya persepsi sendiri, tapi dalam persepsi sekarang, 'serba digoreng', jadi mesti hati-hati, (masyarakat) itu punya persepsi masing-masing," ujar Jimly, saat ditemui di Kantor Pusat ICMI, Menteng, Jakarta Pusat, Jumat (6/4/2018).
Jimly menuturkan jika masyarakat memiliki tingkat keimanan yang tinggi, maka seharusnya bisa memaafkan apa yang sudah disampaikan Sukmawati.
Karena putri dari Presiden ke-1 RI Soekarno itu telah meminta maaf atas kesalahannya itu.
Baca: Jimly Asshiddiqie: Kasihan, Mungkin Sukmawati Tak Menyadari Dampaknya
"Kalau orang yang memiliki tingkat iman yang tinggi dan kuat, ah nggak terpengaruh (untuk melaporkan) itu," jelas Jimly.
Ia pun tidak memungkiri bahwa isu-isu semacam itu sering 'digoreng' di media sosial (medsos), bahkan karakter seseorang bisa terbentuk melalui intensnya penggunaan jejaring sosial tersebut.
"Di medsos itu kan segala macam goreng menggoreng terbuka, karena medsos menciptakan banyak iblis dan malaikat," tegas Jimly.
Lebih lanjut mantan Ketua Mahkamah Konstitusi (MK) itu menekankan, masing-masing orang memiliki perspektif berbeda menanggapi kasus pembacaan puisi yang dilakukan Sukmawati itu.
"Tergantung kita menggunakan perspekstif negatif atau positif (dalam menyikapinya)," kata Jimly.