Laporan Wartawan Tribunnews.com, Gita Irawan
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pengacara Bupati Bandung Barat nonaktif Abubakar, Igor Renjana meminta agar Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) mengizinkan kliennya untuk cek laboratorium.
Hal itu dikatakannya ketika dihubungi Tribunnews.com pada Rabu (18/4/2018).
"Saya sudah ngajuin cek lab klien saya tapi belum ditanggapin terus sama KPK. Jadi saya minta tolong sama KPK. Maksud saya, biar penyidik concern," kata Igor.
Igor mengatakan bahwa ia sudah meminta agar kliennya yang menderita leukimia atau kanker darah itu diberi izin untuk melakukan cek laboratorium tiga hari sekali sejak hari pertama kliennya ditahan.
Igor mengatakan bahwa di hari pertama kliennya ditahan di Rutan Cabang KPK Pomfam Jaya Guntur, Jakarta Selatan sejak Kamis (12/4/2018), penyidik telah memberikan kliennya izin untuk cek laboratorium di Rumah Sakit Metropolitan Medical Centre (MMC) Jakarta Selatan.
Baca: Komisi V: Pemerintah Bisa Dipidana Terkait Kasus Jembatan Ambruk di Tuban
"Setelah ditahan, pas malem itu langsung saya ajuin lah cek lab. Saya bilang sama penyidik pokoknya tiga hari sekali aja. Langsung diijin ceklab. Itu juga kita biaya sendiri, nggak ada masalah kan sebenarnya," kata Igor.
Namun menurut Igor, jadwal cek laboratorium kliennya yang kedua kalinya setelah ditahan belum dipenuhi oleh penyidik KPK.
Igor pun berinisiatif mengirim surat permohonan izin cek laboratorium ke penyidik, namun menurutnya hingga hari ini, Rabu (18/4/2018) permintaan tersebut belum dikabulkan.
"Nah yang kedua kalinya ini waktu pertama saya bilang sama dia, tapi mungkin dia pas kemaren-kemaren tuh tiga harinya kan. Kok nggak ada telpon, nggak ada kabar. Yaudah saya inisiatif sendiri kirim surat permohonan untuk cek lab lagi. Sampai sekarang belom ditanggepin," kata Igor.
Menurut Igor hasil cek laboratorium tersebut penting untuk dilaporkan ke dokter kliennya di Singapura agar dapat mengetahui kondisi penyakit kanker darah yang dideritanya dan mendapatkan obat kemoterapi dari sana.
Igor juga mengatakan bahwa selama di rutan kliennya masih minum obat dari dokternya di Singapura tersebut.
"Minum obat. Kita selalu kirim obat ke rutan. Cuman kan kita perlu stimultannya. Minta lab, terus kita kirim ke Singapur nanti gimana kondisinya. Soalnya kita minta obat kemonya tuh dari Singapur. Jadi kebayangkan rumitnya," kata Igor.