TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Sekretaris Badan Pelatihan dan pendidikan DPP PDIP Eva Kusuma Sundari tidak ambil pusing dengan hasil survei Indonesia Network Survei ( INES) yang menempatkan Joko Widodo di bawah Prabowo Subianto, dan PDIP di bawah Gerindra dalam potensi elektabilitas di Pemilu mendatang.
Menurutnya, PDIP hanya berpegang pada lembaga kredibel saja.
"Ini masalah internal INES tuh, kita berpegang pada lembaga-lembaga yang kredibel saja dan reputasinya akuntabel. So far mereka relative sama temuannya, jadi saya no comment soal INES," ujar Eva, Senin, (7/5/2018).
Menurut Eva ada pengakuan dari bekas direktur INES merupakan alat propaganda dari Gerindra. Sehingga pembahasannya tidak bisa dibedah secara akademik karena tujuannya politis.
"Apalagi INES bukan lembaga yang tergabung di asosiasi lembaga survei seperti PERSEPI. Padahal menurut peraturan KPU, lembaga survei boleh merilis survei jika terikat ke perhimpunan lembaga survei sehingga bisa dikontrol oleh Dewan Etik PERSEPI. Lagipula masak menurut survei mereka ngga ada undecided voters. Semua responden sudah punya pilihan ke capres. Engga umum," katanya.
Baca: Pengacara First Travel Berencana Lakukan Class Action Ke Pemerintah
Sebelumnya Lembaga survei Indonesia Network Survei (INES) merilis hasil risetnya mengenai elektabilitas calon presiden dan partai politik dalam Pemilu mendatang.
Berdasarkan survei yang digelar 12-28 April 2018 tersebut, keterpilihan partai Gerindra dan Prabowo lebih tinggi dari pada PDIP dan Joko Widodo ( Jokowi ).
Peneliti INES, Basynursyah memaparkan partai Gerindra di posisi teratas tingkat keterpilihannya dengan raihan 26,2%. Sedangkan PDIP di posisi kedua dengan 14,3%.
"Di posisi ketiga ada Golkar dengan 8,2 persen, PKS 7,1, Perindo 5,8, PKB 5,7 . Disusul PAN 5,3, Demokrat 4,6, PPP 3,1, NasDem 3,1, Hanura 2,3, PBB 2,1, PKPI 0,9, Berkarya 0,7, Garuda 0,4, dan PSI 0,1. Sedangkan tak menjawab 10,1%," ujar Basynursyah di kwasan Cikini, Jakarta, Minggu, (6/5/2018).
Tidak hanya elektabilitas parpol, hasil survei INES juga bebrbeda dengan yang lainnya soal keterpilihan Presiden 2019.
Berdasarkan survei menurut Basynursyah Ketua Umum Gerindra Prabowo lebih tinggi ketimbang Jokowi. Prabowo Subianto mendapatkan angka 50,2%, Joko Widodo 27,7%, Gatot Nurmantyo 7,4%, dan tokoh lain 14,7%.
Sementara apabila survei secara tertutup dimana menyebutkan nama tokohnya, Prabowo meraih 54,5 persen dan Jokowi 26,1 persen.
"Sisanya Gatot Nurmantyo 9,1%, dan tokoh lain 10,3%," katanya.
Padahal dua lembaga survei lainnya yakni Litbang Kompas dan Indikator Politik Indonesia, terakhir merilis hasil surveinya dengan hasil elektabilitas Jokowi jauh di atas Prabowo, dan PDIP tertinggi tingkat keterpilihannya.
Pada Survei Litbang Kompas yang dirilis 23 April lalu, menunjukkan elektabilitas Presiden Joko Widodo mencapai 55,9 persen. Sementara itu, potensi keterpilihan Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto 14,1 persen.
Sementara itu berdasarkan survei Indikator yang digelar 25-31Maret 2018, bila pemilihan presiden hanya menghadirkan dua pasangan calon yakni Joko Widodo dan Prabowo Subianto, maka calon presiden petahana akan menang telak. Jokowi memperoleh angka 60,6 persen sementara prabowo 29 persen. Sementara yang menyatakan tidak tahu sebesar 10,4 persen.