Dunia tengah memasuki era revolusi industri 4.0. Untuk dapat bertahan di era revolusi ini, dibutuhkan sumber daya manusia yang memiliki tidak hanya kompetensi teknis melainkan juga kompetensi memecahkan masalah (problem solving), beradaptasi (adaptability), kolaborasi (collaboration), kepemimpinan (leadership), kreativitas dan inovasi (creativity and innovation).
Sebagai institusi pendidikan, Universitas Multimedia Nusantara (UMN) memiliki andil dalam membangun kompetensi tersebut pada diri mahasiswanya.
Untuk itu, UMN mengembangkan metode pembelajaran kolaboratif agar lulusannya memiliki kompetensi yang sesuai dengan kebutuhan industri.
“Dunia industri akan menuntut lima kompetensi tersebut. UMN mengantisipasinya dengan melakukan perubahan-perubahan di dalam metode pembelajaran, salah satunya dengan metode pembelajaran kolaboratif,” jelas Andrey Andoko selaku Wakil Rektor UMN dalam press background di Newsroom UMN pada Rabu (2/5/2018).
Dalam kesempatan tersebut Andrey juga menjelaskan bahwa kompetensi-kompetensi tersebut dapat dilatih dalam kelas kolaboratif.
“Ketika mahasiswa menghasilkan suatu karya maka mereka dilatih kompetensi kreativitas dan inovasinya. Karya tersebut berawal dari permasalahan sehingga mereka dilatih kompetensi problem solving (memecahkan masalah)-nya. Masalah tadi diselesaikan dengan kompetensi kolaboratif. Jadi kompetensi-kompetensi tersebut bisa dilatih di dalam kelas kolaboratif,” jelas Andrey.
Sementara itu, Ketua Program Studi Strategic Communications UMN Inco Hary Perdana menerangkan bahwa kampus merupakan arena simulasi dunia kerja bukan hanya tempat belajar.
“Saya punya istilah, good communications, great connections, sehingga harapannya kampus UMN ini bisa menjadi simulasi bagaimana mereka (mahasiswa) bekerja, bukan hanya tempat belajar. Dalam dunia industri, sebenarnya kita bekerja kan tidak sendiri, tetapi harus brainstorming, cari ide, cari konsep, harus meeting ketemu banyak orang. Nah, di sini (kelas kolaboratif UMN) mereka dilatih,” terang Inco.
Menurut Inco, metode pembelajaran kolaboratif yang diterapkan UMN ini membuat mahasiswa aktif berinteraksi, tidak merasa bosan dan ngantuk selama perkuliahan.
“Saya senang kalau mengajar di kelas kolaboratif, karena mahasiswa nggak akan ngantuk. Bisa interaktif. Setelah berdiskusi secara kelompok, mereka maju, presentasi, langsung praktek, jadi mereka nggak bosan. Sementara kalau di kelas biasa, dosen kan hanya kasih penjelasan ke mahasiswa,” lanjut Inco.
Selain memiliki metode pembelajaran kolaboratif, UMN juga dirancang agar setiap sudutnya dapat digunakan sebagai tempat belajar.
Hal ini mendorong mahasiswa untuk tidak hanya nyaman belajar di dalam ruang kelas, melainkan juga di lobby kampus, kantin, perpustakaan, taman, dan lainnya.
“Kampus UMN ini dirancang sebagai kampus yang nyaman buat belajar. Kita bisa lihat selain di ruang kelas, mahasiswa juga belajar dan berdiskusi di lobby kampus, kantin, perpustakaan, taman, dan masih banyak lagi. Lingkungan kampus UMN yang sejuk, bersih dan nyaman membuat setiap sudutnya bisa buat tempat belajar,” tutup Andrey.(*)