Tidak salah bila rudal Kh-29 didesain untuk menghancurkan sasaran yang lebih besar dari apa yang dapat dihancurkan Maverick.
Kh-29 dapat menghancurkan infrasturuktur seperti gedung industri, depot senjata, jembatan, shelter pesawat, landasan beton, hingga kapal berbobot 10.000 ton.
Dari sisi kompatibilitas penggunaannya, Kh-29 dapat diluncurkan dari Su-22, Su-24, Su25, MiG-27, MiG-29, Su-27/30, Su-33, Su-34, dan bahkan penempur terbaru Su-27SM maupun Su-35.
Sementara Maverick dapat diluncurkan dari pesawat F-16, F-15, F/A-18, AV-8B, A-10, Hawk 100/200 dan beberapa pesawat baru seperti FA-50 dari Korea Selatan.
Di medan perang, Maverick tercatat lebih banyak digunakan di perang-perang besar. Termasuk dalam Operasi Badai Gurun di Irak tahun 1991.
Sebanyak 5.000 rudal ini diluncurkan untuk menghancurkan kendaraan-kendaraan lapis baja Irak. Kemudian tahun 2003 sekira 1.000 rudal ini kembali diluncurkan dalam Operasi Iraqi Freedom.
TNI AU telah melengkapi armada Flanker Skadron Udara 11 Lanud Sultan Hasanuddin dengan rudal Kh-29T dan Kh-29TE (extended range).
Tidak ada perbedaan mencolok dari kedua varian ini kecuali jarak jangkau yang lebih jauh untuk varain Kh-29TE serta bobot yang lebih berat dan dimensi panjang yang lebih pendek sedikit.
Kedua rudal ini berpemandu TV pasif (passive TV guided).
Kh-29T/TE memiliki ciri khas berupa kepala bulat dengan kaca transparan serta sirip-sirip lebar dan tipis di bagian depan dan belakang. Hal ini berbeda dengan varian Kh-29L yang memiliki kepala mengecil dan meruncing berpemandu laser semi aktif.
Basis rancangan Kh-29 secara umum diambil dari rudal udara ke udara R-60 (AA-8 Aphid), menunjukkan sisa-sisa peninggalan Molniya dalam merancang rudal udara ke udara sebelumnya.
Sementara pemandu TV-nya diambil dari Kh-59 (AS-13 Kingbolt), rudal jelajah buatan Raduga.