TRIBUNNEWS.COM, SIDOARJO - Keterkaitan peristiwa dan pelaku teror bom di Surabaya dan Sidoarjo semakin terbuka setelah polisi mengungkap identitas semua pelakunya.
Berdasarkan data yang didapat polisi, pelaku serangan bom bunuh diri di Surabaya dan Sidoarjo merupakan satu jaringan.
Mirisnya, pelaku pengeboman ini melibatkan seluruh anggota keluarga, termasuk anak-anak mereka.
Ada tiga keluarga yang menjadi pelaku pengeboman di tiga gereja, di Mapolrestabes dan di Rusunawa Wonocolo Sepanjang Sidoarjo.
Baca: Enam Anggota JAD Sumsel Dikejar Densus 88
Tercatat ada tujuh remaja dan anak pelaku yang tewas dalam teror bom di Surabaya.
Sedangkan empat anak pelaku lainnya selamat meski dilibatkan dalam peledakan bom.
Polisi mengungkap keterlibatan anak-anak para pelaku itu sudah disiapkan jauh hari.
Kapolda Jatim, Irjen Pol Machfud Arifin menjelaskan, para pelaku ini berguru ke Dita Oeprianto (sblmnya tertulis Supriyanto).
Mereka ini melakukan pertemuan setiap minggu di rumah Dita di Rungkut Surabaya.
"Mereka ini satu jaringan, satu guru. Gurunya Dita ini. Mereka didoktrin pemahaman-pemahaman teror," jelas Machfud di Mapolda Jatim, Selasa (15/5/2018) pagi.
Machfud menuturkan, anak-anak para pelaku sudah didoktrin pemahaman teror sejak kecil.
Mereka menanamkan doktrin dan lihat film-film soal terorisme.
"Bahkan, anak-anak pelaku dilarang sekolah. Kalau ditanya, disebut home schooling, itu tidak benar. Ya tak boleh sekolah. Anak-anak didoktrin terus, ditontonkan video pemahaman," ucap Machfud.
Tapi rupanya tidak semua anak pelaku pengeboman itu yang menuruti orangtuanya saat dicekoki paham radikal.