Laporan Wartawan Tribun Jateng, Rifqi Gozali
TRIBUNNEWS.COM, KUDUS - Bom bunuh diri atau tindakan terorisme yang terjadi belakangan ini dinilai oleh Abu Tholut sebagai tindakan bodoh.
Mantan Ketua Mantiqi III Jamaah Islamiyah ini menilai tindakan yang dilakukan oleh pelaku bom bermula dari paham yang sesat.
"Selama mereka masih menganut paham itu, maka akan ada lagi tindakan seperti itu (bom bunuh diri)," kata Abu Tholut saat dihubungi Tribunjateng.com, Minggu (20/5/2018).
Mengenai pelaku, dia menambahkan, mereka berafiliasi dengan ISIS (Islamic State of Iraq and Syria). Secara tegas, Abu Tholut menganggap paham yang disebarkan oleh ISIS merupakan paham sesat.
"Jelas saja, seperti yang baru saja terjadi, mereka mengorbankan anaknya sendiri dan istri mereka. Mereka melakukan itu semua di bawah kesakralan nama jihad."
"Jangankan anak sendiri, misal ya ini, kita sedang jihad di Israel, anak musuh saja tidak boleh dibunuh apalagi anak sendiri. Begitu juga perempuan, juga tidak boleh dibunuh. Ini malah dikorbankan," katanya.
Secara kasat mata, praktik pengeboman yang melibatkan satu keluarga itu membuat Abu Tholut semakin mantap mencap para pelaku pengeboman sebagai pemilih paham sesat nan bodoh.
"Itu (praktik mengajak anak istri mengebom) tidak ada contohnya pada zaman Nabi. Anak-anak tidak boleh ikut perang, perempuan kalau ikut perang itu juga paling belakang, bagian P3K. Lha ini malah dikorbankan," ujar pria yang pernah mendirikan kamp pelatihan di Aceh.
Perihal tuntutan hukuman mati oleh jaksa terhadap pentolan Jamaah Ansarut Daulah (JAD) Aman Andurrahman, menurut Abu Tholut tidak berdampak siginfikan.
Artinya, organ yang diduga berafiliasi dengan ISIS itu akan tetap ada. Bahkan, katanya, Aman bukan satu-satunya sosok sentral dalam gerakan ini.
Ada sokongan ideologi penyebaran dari pusat ISIS ke Indonesia melalui media sosial. Yang mana, di sini diterjemahkan oleh pengikutnya yang bisa bahasa Arab.
"Jadi tuntutan hukuman mati oleh jaksa biar nanti keputusan pengadilan yang menentukan. Saya tidak mau intervensi. Yang pasti kalau nanti divonis hukuman mati, ada sedikit dampak bagi kelompok itu. Tidak signifikan," ujarnya.
Lantas, bagaiman cara menanggulangi agar paham yang kurang tepat ada di Indonesia itu tidak semakin menyebar luas?
Abu Tholut berharap, baik ulama maupun pimpinan pondok pesantren agar memberi pemahaman secara detail kepada masyarakat bahwa paham ISIS tak lain merupakan paham yang sesat dan bodoh.
"Jadi menjelaskan jika paham ini sesat, di mana sesatnya, mana dalil dan argumentasinya juga harus dijelaskan oleh ulama dan tokoh agama," katanya.
Lebih lanjut Abu Tholut berujar, bahwa ajaran yang dianut oleh paham yang berafiliasi kepada ISIS merupakan paham sempalan yang dianut oleh mayoritas umat Islam di dunia.
"Mereka (teroris) ini bagian dari dajjal, bahkan saat hari kiamat muncul dajjal, mereka merupakan bagian dari dajjal. Kita harus terus menghadapi. Jangan terlalu ambisius tapi jangan putus asa dalam menghadapi," tandasnya. (*)