Di tengah keberagamannya, lantas apa yang menjadi kunci kerukunan di Kampung Sawah? Menurut Rahmaddin, kuncinya sangatlah sederhana yakni kekerabatan dan hidup rukun yang terus terjaga satu sama lain.
"Disini meski beda agama kami tetap satu keluarga jadi selalu akrab. Itu semua karena tali persaudaraan yang terus dijaga. Keponakan saya ada yang jadi tokoh kristen disini. Adik ibu saya sekarang jadi tokoh tertua katolik di Kampung Sawah, usianya 90tahun," terang Rahmaddin.
Hal lain yang juga membuat warga Kampung Sawah guyup meski dalam satu keluarga ada beberapa agama ialah letak desa mereka yang dahulu kala sangat terpencil.
Alhasil satu sama lain harus saling membantu apabila ada saudara yang dirundung kesulitan. Situasi inilah yang membuat kerukunan tercipta hingga mendarah daging.
Di era zaman yang kian modern, Rahmaddin tidak memungkiri ada pergeseran atau perubahan di Kampung Sawah. Meski begitu, Rahmaddin percaya era modernisasi tidak akan melunturkan semangat kerukunan di kampungnya.
"Dulu setiap malam takbiran ada pawai obor, pukul-pukul bedug, ada mainan petasan tradisional. Kalau sekarang sudah jarang. Dulu masyarakatnya masih naik sepeda, bapaknya bonjeng istinya, ada anaknya, bawa rantang buat hantaran. Kalau sekarang sudah bawa motor, bawa mobil," singkatnya.