Laporan Wartawan Tribunnews.com, Rina Ayu
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Wakapolri Komisaris Jenderal Syafruddin mengatakan untuk mengawal penyelanggara Pilkada di Papua, Polri mengerahkan sebanyak 18 ribuan pasukan.
Hal itu beralasan, ujar Syafruddin, karena sejak awal Papua menjadi titik rawan konflik Pilkada, selain NTT, Maluku Utara, Kalbar, maupun Sumut.
Baca: PKS: Anies-Aher Belum Dibahas di Majelis Syuro
"Sekitar 18 ribuan," ujar Syafruddin saat ditemui usai rapat kordinasi Asian Games bersama Wapres Jusuf Kalla, di Istana Wakil Presiden, Kebon Sirih, Jakarta Pusat, Selasa (26/6/2018).
Ia mengatakan bahkan jumlah tersebut jauh lebih banyak dari porsi awal yang akan dikerahkan, karena potensi terjadi konflik telah terbaca.
"Lebih besar, ditambah karena cukup rawan. Sudah ditingkatkan dari awal," imbuh Syafruddin.
Kapolri Jenderal Tito Karnavian sebelumnya menyatakan, adanya dugaan kepentingan politik saat Pesawat Trigana Air jenis Twin Otter yang mengangkut logistik Pemilu dan personil pengamanan ditembak oleh kelompok bersenjata di Papua.
"Kelompok ini bisa juga menjadi kepentingan salah satu calon. Mereka diminta untuk melakukan intimidasi dan mengacaukan pilkada," jelasnya di Mabes Polri, Jakarta, Senin (25/6/2018).
Tito sebelumnya juga sudah membenarkan telah terjadi penembakan dari kelompok bersenjata terhadap rombongan pasukan Brimob di Kenyem, Nduga, Papua pada Senin (25/6/2018) pagi.
Rombongan yang menyewa pesawat Trigana Air tiba di Bandara Kenyem pada 09.10WIT untuk melakukan penjagaan Pilkada Serentak di daerah tersebut.
Ketika pesawat mendarat,kelompok bersenjata di kabupaten tersebut menembaki pesawat dari arah kiri, akibatnya pilot terluka terkena serpihan peluru.