TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA-Sukses Bupati Hasto Wardoyo membangun Kulon Progo yang dulu dokter kandungan ini memastikan, hanya mau mencalonkan diri sebagai bupati lewat PDI Perjuangan.
“Saya pernah dulu didatangi parpol lain. Tapi saya pikir, kalau daerah butuh saya jadi bupati, saya hanya mau lewat PDI Perjuangan atau tidak sama sekali,” kata Hasto.
Hal itu disampaikan Hasto dalam workshop ‘Kaderisasi PDI Perjuangan Memenangkan Hati Rakyat’ yang juga menghadirkan Bupati Badung I Nyoman Giri Prasta, Bupati Semarang Mundjirin dan Wabup Trenggalek Mochamad Nur Arifin di kantor DPP PDI Perjuangan, Jakpus, Senin (9/7/2018).
“Bapak saya almarhum dulu PNI. Masa anak banteng jadi celeng,” lanjut Hasto.
Hasto memaparkan, alasan dia menjadi kader PDI Perjuangan ini bukan hanya karena faktor biologis, tetapi juga ideologis.
Menurutnya, ideologi Pancasia 1 Juni 1945 dan Trisakti Bung Karno ala PDI Perjuangan yang membuatnya terpikat.
Semangat berdikari pula yang membuat Hasto mendorong inovasi air minum khas Kulon Progo bernama ‘Airku’.
“PDAM itu kan Perusahaan Daerah Air Minum. Masak airnya hanya buat mandi. Ya, kalau belum bisa bikin handphone, laptop, masak buat air minun aja tidak bisa,” katanya.
Hasto mengatakan kembali program prorakyat lainnya yang dia kembangkan di Kulon Progo yakni bedah rumah. Uniknya, anggaran program ini dilakukan tanpa bersumber dari APBD.
“1.500 Rumah selesai tanpa APBD di periode pertama,” kata Hasto menambahkan sumber anggaran berasal dari zakat para PNS.
Lebih jauh, Hasto mengatakan, pemimpin yang baik adalah pemimpin yang bisa melakukan perbaikan, kendati cara yang ditempuh tidak populer di mata masyarakat.
“Apa saya tidak dimusuhi PNS yang gajinya berkurang karena dipotong? Tapi buktinya di pilkada 2017 saya terpilih lagi dengan 85 persen suara,” ujarnya.