Laporan Wartawan Tribunnews.com, Srihandriatmo Malau
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pengamat politik, Said Salahudin menilai efektif jargon PKB mendorong Joko Widodo (Jokowi) menyebut nama Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar (Cak Imin) masuk dalam lima kandidat calon wakil presiden.
PKB sengaja menggunakan strategi jargon 'PKB akan mendukung Jokowi jika Muhaimin Iskandar yang menjadi cawapresnya'.
Baca: Manajemen PLN Belum Tahu Soal Status Sofyan Basir di KPK
"Jargon itu terbukti efektif," ujar Direktur Sinergi Masyarakat untuk Demokrasi Indonesia (Sigma), Said Salahudin kepada Tribunnews.com, Minggu (15/7/2018).
Dia melihat Jokowi dan partai politik pendukung yang lain ternyata berhasil dibuat 'ketar-ketir' dengan siasat Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) itu.
"Sebab jika syarat itu tidak dipenuhi, maka jika dibaca secara 'a contrario' itu artinya ada kemungkinan PKB akan mendukung capres yang lain," jelasnya.
"Ini tentu tidak diharapkan oleh Jokowi," tambahnya.
Baca: KPU Optimis Tidak Akan Kebobolan Mantan Koruptor Jadi Calon Legislatif
Selain itu, Said juga melihat strategi lain melalui taktik penetrasi.
Cak Imin dan PKB coba menekan Jokowi dengan cara menembus lingkaran 'oposisi'.
Ini dilakukan dalam rangka menaikkan posisi tawar PKB dihadapan Jokowi.
Komunikasi politik yang cukup intensif dilakukan Cak Imin dan elit PKB dengan kelompok 'oposisi'.
"Ketika proses negosiasi dengan kubu petahana sedang berjalan, pada saat yang sama Muhaimin dan elit PKB juga melakukan pembicaraan dengan kubu SBY untuk menjajaki peluang poros ketiga, termasuk dengan kubu Prabowo Subianto," jelasnya.
Baca: Sandiaga Anggap Wajar Anies Bertemu Petinggi PKS
Bahkan Cak Imin cukup sering menyebut nama Prabowo dengan melontarkan jargon Prabowo hanya bisa menang jika Cak Imin yang jadi cawapresnya.
Bagi Jokowi, menurut dia, jargon semacam itu menunjukan PKB tidak main-main dengan opsi untuk bergabung ke kubu 'oposisi' jika syarat cawapres yang diminta Muhaimin tidak dipenuhi.
"Jadi pikir Jokowi, ini bukan sekedar siasat 'gertak sambal' PKB," paparnya.
Jargon itu seperti berhasil membuat Jokowi berpikir keras dan membuat semacam kalkulasi.
Karena saat Pilpres 2014, Jokowi menang sekitar delapan juta suara atas Prabowo.
Di dalam angka delapan juta itu ada suara PKB yang meraih 11 jutaan suara dalam Pileg 2014.
"Jadi jika PKB keluar dari koalisi, maka suara nahdliyin yang menjadi basis suara PKB dikhawatirkan dapat memperkecil peluang Jokowi untuk memimpin di periode kedua," jelasnya.
Lebih dari itu, kata dia, jika syarat cawapres yang diminta PKB tidak diakomodir, maka peta koalisi Jokowi akan sangat minim dukungan umat Islam.
Praktis hanya akan ada PPP disana.
Itu jelas tidak menguntungkan bagi Jokowi.
Sebelumnya diberitakan, Presiden Jokowi punya lima nama kandidat cawapres yang akan mendampinginya di 2019 nanti.
Nama-nama itu memang misterius, namun satu nama sudah mulai diketahui publik.
Jumlah lima adalah hasil pengerucutan dari 10 nama kandidat.
Nama-nama itu masih terus digodok.
Jokowi bakal mengeluarkan nama kandidat cawapresnya kepada publik bila kondisi telah matang.
Nama Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar atau biasa disebut Cak Imin adalah salah satu dari lima nama kandidat yang ada di kantong Jokowi.
"Ini saya tambahkan sedikit. Jadi saya sudah sampaikan bahwa nama itu sudah ada di saku saya, sudah ada di saku saya. Saya harus omong apa adanya, salah satu nama itu adalah Pak Muhaimin Iskandar," ujar Jokowi di kawasan Jakabaring Sport City, Palembang, Sumatera Selatan, Sabtu (14/7/2018) kemarin.