News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Masuk Bursa Cawapres Jokowi, Pakde Karwo Malah Sibuk Bertemu JK, Ada Apa?

Editor: Sugiyarto
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Gubernur Jawa Timur, Soekarwo

TRIBUNNEWS.COM, SURABAYA - Gubernur Jawa Timur, Soekarwo menjelaskan bahwa di dua hari terakhir pihaknya intens bertemu dengan Wakil Presiden RI, Jusuf Kalla.

Di momentum yang sama, juga muncul wacana masuknya pria yang akrab disapa Pakde Karwo ini dalam bursa calon wakil presiden pendamping Joko Widodo di Pilpres mendatang.

Menanggapi hal ini Pakde Karwo ikut terkejut. Apalagi, isu ini muncul tak lama setelah ia bertemu dengan JK.

"Jadi sejak Rabu (1/8/2018) lalu kami memang telah bertemu dengan pak JK. Namun nggak ada membahas soal politik," kata Pakde Karwo ketika ditemui usai sidang paripurna di DPRD Jatim, Jumat (3/8/2018).

Pakde Karwo bertemu JK bukan sebagai Gubernur Jawa Timur, melainkan sebagai Ketua Umum Asosiasi Pemerintah Provinsi Seluruh Indonesia (APPSI).

APPSI adalah forum yang berisikan kepala daerah dari seluruh Indonesia. Sedangkan JK menjabat sebagai Dewan Pertimbangan Otonomi Daerah.

Menurut Pakde, pertemuan yang juga dihadiri jajaran menteri perekonomian tersebut membahas kondisi perekonomian secara nasional bukan hanya regional Jawa Timur saja.

Dia juga satu-satunya yang hadir mewakili gubernur.

"Pertemuan ini tentang defisit neraca berjalan. Bukan mengurusi siapa presiden yang dicalonkan," kata Pakde Karwo menegaskan.

Oleh karenanya, ia tak memungkiri bahwa sebagai koordinator kepala daerah, pihaknya memang banyak memberikan masukan kebijakan perekonomian dan pembangunan secara nasional.

"Kami telah ditugasi oleh para gubernur dan Menteri Dalam Negeri," kata Pakde.

Di antaranya, dengan mendorong peran antar provinsi dan kabupaten kota untuk memperluas pasar dalam negeri.

Kemudian, juga mengusulkan agar ada kepastian terhadap Dana Alokasi Umum (DAU) atau anggaran dari Pemerintah Pusat kepada setiap daerah otonom (Provinsi/Kabupaten/Kota) di Indonesia sebagai dana pembangunan.

"Kami berharap anggaran tidak fleksibel dan dinamis. Sebab, kalau misalnya pendapatan turun, daerah kebingungan," kata Pakde Karwo.

Halaman
12
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini