Malam nahas itu tak bakal dilupakan oleh Saiful Zohri (38), warga Dusun Dangiang Timur, Desa Dangiang, Kecamatan Kayangan, Lombok Utara. Sesaat setelah azan Isya, gempa besar dan dangkal 7,0 SR menggetarkan tempat berpijak Zohri. Dirinya yang sedang berada di luar rumah sembari berbincang dengan tetangganya, seketika teringat dengan istri dan ketiga anaknya.
Bergegas dalam hitungan detik, dilingkupi kepanikan luar biasa, Zohri lari masuk ke dalam rumah. Hanya satu yang ia bayangkan malam itu, menyelamatkan sang Istri, Erni Sukmawati (28) dan ketiga anaknya. Si anak tertua usia remaja langsung berlari keluar. Lalu Zohri menggendong anak lelakinya yang berusia sekolah dasar. Sementara Sang Istri, Erni menggendong bayi kecilnya berusia baru delapan bulan. Bayi itu bernama Rima Alfia Fitri.
“Ketika gempa itu, saya di belakang almarhum ibunya Alfia. Pas di depan mata saya, itu balok bangunan teras menimpa punggung istri. Lalu Alfia ikut tersungkur. Alfia masih ada di gendongan ibunya,” cerita Zohri di malam nahas itu.
Dalam kepanikan pascagempa, Zohri hanya bisa terhenyak melihat istri dan bayinya terjatuh ditimpa balok atap teras. “Alfia saya selamatkan. Ibunya saya angkat dari runtuhan beton dan balok kayu. Setengah jam setelah itu, Ibunya Alfia meninggal dunia.”
Alfia, bayi tanpa ibu, butuh ASI
Laporan mengenai kisah Alfia dan keluarganya diterima Tim Medis Aksi Cepat Tanggap (ACT), Sabtu (11/8). Tim pun bergerak menuju alamat tempat bayi Alfia tinggal. Laporan itu menyebut, ada seorang bayi usia di bawah satu tahun ibunya meninggal dunia karena gempa. Kini bayi itu sangat membutuhkan bantuan ASI.
Tidak butuh waktu lama untuk mencari pendonor ASI. Tim Medis ACT mendapat pendonor dari seorang ibu asal Kota Mataram. Ikhtiar pun dilanjutkan, membawa ASI donor, bertemu pertama kali dengan keluarga Alfia.
“Alhamdulillah kami mendapat donor asi dari keluarga Ibu Qhuatro (26) dan Bapak Rizky Agus Prabowo (31), asal Mataram. Saat kami ke sana, ada sekitar 200 kantung ASI siap konsumsi. Insya Allah, stoknya cukup untuk kebutuhan ASI bayi Alfia,” terang dr. Riedha.
Sepanjang jalur menuju Dusun Dangiang Timur, hampir seluruh rumah porak-poranda. Rumah Zohri dan keluarga yang kini tinggal puing-puing tidak berbentuk adalah salah satunya. Atap sudah menyatu dengan lantai. Tempat Alfia dan ibunya ditemukan dalam kondisi tertimpa balok kayu pun, masih tetap dibiarkan begitu saja.
“Alfia sekarang saya yang asuh seorang diri. Dibantu Wulan, kakak sulung Alfia. Sejak kejadian Ibu Alfia meninggal dunia, Alfia hanya saya berikan susu formula,” kata Zohri bercerita di dalam tenda pengungsiannya. Tenda terpal pengap yang berlokasi persis di belakang runtuhan rumahnya
Sabtu (11/8) siang, sekotak boks pendingin ASI diantarkan untuk Alfia. Koordinator Tim Medis ACT untuk respons gempa Lombok, dr. Muhammad Riedha mengatakan, esok sampai beberapa pekan ke depan, pasokan ASI untuk Alfia bakal terus dikirimkan.
“Alhamdulillah, kami mendapatkan pasokan ASI untuk Alfia. Seorang ibu di Mataram memiliki banyak stok ASI. Kami yang akan bertugas mengantarnya untuk Alfia di Dusun Dangiang Timur,” papar dr. Riedha.
Hingga beberapa pekan ke depan, Alfia akan terus dipantau kesehatannya oleh Tim Medis ACT. Dari salah satu Posko Kemanusiaan ACT di Kayangan, tenda pengungsian Alfia dan Zohri hanya berjarak sekitar 15 menit perjalanan ke arah Lereng Rinjani.
“Setiap hari kita akan ke tenda adik Alfia. Kita ajarkan bagaimana penyiapan ASI untuk Alfia. Insya Allah Alfia tetap sehat melewati bencana ini,” ujar dr. Riedha.
Selagi menimang Alfia tertidur, Zohri menyelipkan ujung dot ASI ke bibir mungil bayinya. Tak lebih lima menit, satu botol kecil ASI habis dilahap Alfia. Tepat di belakang runtuhan rumahnya, Alfia perlahan terlelap tidur.
“Sekarang Alfia tidak punya ibu. Mudah-mudahan ke depannya bisa tetap kuat. Semoga Yang Mahakuasa terus membantu,” kata Zohri lirih selagi melanjutkan kalimat tahlil, Lā ilāha illa l-Lāh untuk menimang Alfia. (*)