TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Presiden INADATA Consulting dari California, AS, Elwin Tobing mengatakan Pancasila harus menyentuh secara personal.
Pernyataan tersebut ia sampaikan pada peluncuran buku “Indonesian Dream: Revitalisasi dan Realisasi Pancasila Sebagai Cita-cita Bangsa” pada Senin, (20/8/2018) di Auditorium Perpustakaan Nasional Republik Indonesia, Jalan Medan Merdeka Selatan No. 11, Jakarta Pusat.
Baca: Upaya Revitalisasi Pancasila Melalui Buku Indonesian Dream
Menurut Elwin, selama ini, Pancasila cenderung berfungsi sebagai ideologi yang mengatur ketatanegaraan sehingga kurang menyentuh secara personal.
Padahal, kata Elwin, Pancasila seperti yang dirumuskan oleh Bung Karno dan Bapak Pendiri Bangsa lainnya tidak hanya mengatur ketatanegaraan melainkan juga menyangkut cita-cita manusia dan bangsa Indonesia serta sistem nilai untuk mencapai cita-cita tersebut.
“Pancasila sebagai suatu cita-cita atau impian sifatnya menjadi personal, tidak hanya menekankan negara atau bangsa,” jelas Elwin dalam keterangan yang diterima, Selasa (21/8/2018).
Lebih lanjut, Elwin menambahkan bahwa Pancasila sebagai cita-cita manusia dan bangsa Indonesia cenderung sudah luntur.
“Pancasila hanya sebagai “wasit” untuk menengahi perdebatan antara kelompok yang mau menjadikan Indonesia negara agama vs yang mau mempertahankan persatuan Indonesia. Ini membuat Pancasila menjadi statis, persatuan yang berkembangpun cenderung masih semu, sila-sila lainnya dari Pancasila menjadi seperti terisolasi, dan Pancasila menjadi kurang menyentuh pribadi-pribadi manusia Indonesia,” imbuh Elwin.
Oleh sebab itu, Elwin berharap Pancasila dapat dimaknai sebagai cita-cita untuk menjadikan bangsa Indonesia dan masyarakat Indonesia yang berdaulat.
Cita-cita tersebut ia beri istilah dengan sebutan Indonesian Dream. Sebelumnya, gagasan mengenai Indonesian Dream pernah ia tuangkan dalam buku yang berjudul “Indonesian Dream: The Persuit of A Winning Nation” pada tahun 2009.
Akan tetapi, buku yang baru saja terbit dan diluncurkan kemarin berbeda dengan buku sebelumnya, khususnya berkaitan dengan data-data perkembangan sosial, ekonomi, dan politik Indonesia. Buku setebal 446 halaman tersebut menawarkan revitalisasi narasi Pancasila sebagai cita-cita manusia dan bangsa Indonesia.
Terbitnya buku “Indonesia Dream: Revitalisasi dan Realisasi Pancasila Sebagai Cita-cita Bangsa” diapreasi baik oleh berbagai kalangan, salah satunya Andrinof Chaniago yang pada kesempatan itu menjadi pembahas pada sesi diskusi.
Katanya, waktu peluncuran buku “Indonesian Dream” sangat tepat karena masih dalam suasana Hari Kemerdekaan Republik Indonesia serta masih sangat relevan dengan kondisi saat ini dan masa depan.
“Sebuah upaya untuk merumuskan mimpi Indonesia ke depan memang sudah ditunggu-tunggu. Buku dari Elwin Tobing ini menjadi dasar kita untuk mencapai sebuah konsesus mimpi kita ke depan sehingga tidak hanya diklaim oleh salah satu pihak saja. Buku ini bisa menjadi masukan-masukan dalam membentuk mimpi Indonesia tanpa menghilangkan budaya atau kebiasaan Indonesia,” ujar Andrinof.
Lebih jauh, Andrinof menyebut kebebasan, kedaulatan, dan keadilan merupakan komponen penting untuk mewujudkan Indonesian Dream yang ditulis Elwin Tobing. Ia berharap buku ini dapat diekstraksi kemudian disosialisasikan sehingga mencapai suatu konsesus yang solid dalam menghadapi ketimpangan untuk mewujudkan mimpi Indonesia.
Baca: Empat Atlet Jepang Sewa PSK, Haji Lulung Sebut Pemprov DKI dan Inasgoc Kecolongan
Menyoal hal tersebut, Elwin mengatakan gagasan Indonesian Dream tidak hanya terhenti ketika buku selesai dicetak, didistribusikan, dan dibaca oleh banyak orang. Lebih dari itu, Elwin berencana akan membuat sebuah gerakan kampanye Indonesian Dream yang rencananya akan dilakukan di 34 provinsi di Indonesia.
Untuk tahun ini, Indonesian Dream Campaign Team akan menginisasi Sumpah Pemuda Jilid II yang akan digelar di Jakarta pada 28 Oktober mendatang.