Karena Jokowi tidak hanya membangun infrastruktur, tapi juga membangun mental manusianya.
“Jokowi juga berusaha membangun manusia yang unggul. Salah satunya adalah wajib belajar, yang tadinya sembilan tahun sekarang 12 tahun,” katanya.
Di tempat yang sama, Direktur Eksekutif Indo Barometer M. Qodari menuturkan, buku ini muncul di waktu yang tepat.
Apalagi Reliji merupakan barisan relawan pertama yang mengeluarkan buku.
“Hingga saat ini belum ada relawan dan parpol yang mengeluarkan buku. Baru Reliji ini yang pertama mengeluarkan buku,” kata Qodari.
Qodari berharap, Reliji ini termasuk barisan relawan yang hadir sebelum Jokowi menetapkan siapa cawapresnya.
Sehingga sudah sepatutnya Reliji menjadi Relawan Jokowi yang terbesar.
“Reliji harus jadi salah satu yang paling terkenal, militan dan berani,” tegasnya.
Politisi NasDem Taufiqulhadi mengaku senang dengan kehadiran buku ini. Menurutnya, tulisan dalam buku ini menarik dan sesuai kode etik jurnalistik.
“Saya senang melihat buku ini, apalagi saya termasuk yang ditunjuk jadi juru bicara Jokowi. Pas ditunjuk saya nggak tahu harus ngapain, tapi pas ada buku ini saya jadi ada pegangan,” tuturnya.
Sementara itu, mantan ketua umum PB HMI Mulyadi P Tamsir mengatakan, Reliji berbeda dengan ratusan relawan Jokowi lainnya.
Karena Reliji digagas oleh para mantan ketua umum organisasi mahasiswa yang tergabung dalam Cipayung Plus.
“Kita buat Reliji ini bukan buat cari jabatan, bukan untuk perhatian. Kita ikhlas membentuk ini untuk kemenangan Jokowi di Pemilu 2019,” katanya.