TRIBUNNEWS.COM, JOMBANG - Calon Presiden Republik Indonesia, Prabowo Subianto, menyebut bahwa dua pasang bakal calon presiden dan wakil presiden di pemilu mendatang sama-sama berlatar belakang Nahdlatul Ulama.
Baik dirinya yang berpasangan dengan Sandiaga Uno, maupun pasangan Joko Widodo dan KH Ma'ruf Amin merupakan kader Nahdliyin.
Di awal penjelasannya, Prabowo mengatakan bahwa sejak jauh hari, ia merupakan kader Nahdliyin. Hal ini dibuktikan melalui kedekatannya dengan tokoh Nahdliyin.
Misalnya, kedekatannya dengan mantan Ketua PBNU, KH Abdurrahman Wahid (Gusdur).
"Saya minta izin untuk keliling Jawa Timur. Sebab saya merasa dekat dengan NU. Dari dulu saya dekat dengan tokoh NU. Gusdur sudah saya anggap sebagai kakak saya," kata Prabowo di sela acara silaturrahim bersama keluarga Pengasuh Pondok Pesantren Terpadu Hasbullah, Bahrul Ulum Tambak Beras, Jombang, Kamis (6/9/2018).
"Saat beliau sudah sakit, Gusdur masih mau keliling bersama saya," kata Prabowo.
Kedekatan dengan NU, di antaranya juga dibuktikan dengan banyaknya kader Gerindra, partai yang ia pimpin, juga berlatar belakang Nahdliyin.
"Bahkan, kalau boleh jujur, setengah kader Gerindra adalah NU. Bahkan, ini bisa lebih," ujarnya.
"Memang benar kalau kata Gusdur, NU tidak kemana-mana, namun ada dimana-mana," lanjutnya.
Dengan dasar kedekatan itulah, Prabowo pun menganggap bahwa baik pasangannya maupun pasangan yang menjadi rivalnya, sama-sama berlatarbekakang Nahdliyin.
KH Ma'ruf Amin, yang saat ini juga menjabat sebagai Rais Aam PBNU memang kerap kali direpresentasikan sebagai perwakilan kaum nahdliyin di pemilu kali ini.
"Kalau sekarang dua pasang, di sana ada NU, di sini juga ada NU. Jadi memang siapa pun yang menang, pasti NU yang menang," kata Prabowo.
Ia tak menampik, mudahnya proses adaptif kader Nahdliyin memudahkan mereka dapat diterima di semua kalangan.
"Kami nyaman. Dari dulu, NU adalah Islam yang berpegang pada bangsa dan budaya Indonesia. Islam yang tenang, mendamaikan, dan mempersatukan bangsa Indonesia," kata mantan Komandan Jenderal Kopassus ini.
"Islam yang akan unggul dan tidak mengancam dan membahayakan orang lain atau bangsa lain. Non Islam pun dilindungi," katanya.
Ia pun turut berterima kasih telah diterima di keluarga besar NU.
"Saya berterima kasih diterima di keluarga besar Nahdliyin. Sebentar lagi saya juga akan menerima kartu anggota NU. Dan wakil saya pun NU, beliau juga sudah resmi," kata pria yang juga menjabat ketua dewan Pembina Partai Gerindra ini.
"Saya merasa nyaman, di masa yang akan datang, saya akan datang ke NU," tegasnya.
Di sisi lain, KH Hasib Wahab Chasbulloh, Pengasuh Pondok Pesantren Terpadu Hasbullah, Bahrul Ulum Tambak Beras, Jombang, pun mengatakan bahwa Prabowo sudah layak menjadi kader NU.
"Kalau sudah datang di pesantren, ikut ziarah kubur, baca tahlil, maka mau tidak mau, mohon maaf, Bapak sudah resmi menjadi NU," kata Gus Hasib.
Apalagi, senada dengan Prabowo, Gus Hasib yang juga putra almarhum KH Wahab Hasbullah (pendiri NU) mengatakan bahwa NU merupakan organisasi yang mau menerima semua golongan.
"Kami memang Islam yang moderat. Islam yang ramah. Saya ucapkan terimakasih Kepada Pak Prabowo, semoga juga membawa semangat bagi kader," katanya.
Karena telah menjadi bagian dari NU, maka sudah selaiknya NU turut membantu langkah pemenangan Prabowo.
"Prabowo amaliyahnya sama seperti NU. Insya Allah, Warga NU akan membantu memenangkan Pak Prabowo," tegasnya.
Di dalam pertemuan ini, Gus Hasib juga menghadiahkan buku berjudul "Tambak beras, Menelisik Sejarah, Memetik Uswah" kepada Prabowo.
Buku ini banyak menjelaskan sejarah perkembangan Pondok Pesantren Terpadu Hasbullah, Bahrul Ulum Tambak Beras, Jombang. (bob)