TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Rudi Wahyudin, merupakan salah satu orang yang paling bersyukur dengan dibebaskannya 3 warga negara Indonesia yang disandera oleh kelompok Abu Sayyaf.
Ia merupakan perwakilan keluarga Subandi bin Sattu. Subandi adalah salah satu korban yang disandera di Filipina Selatan sejak 18 Januari 2017 lalu, di perairan Sabah, Malaysia.
Rudi selama 20 bulan terakhir ini bertugas membangun dan menjembatani komunikasi satu pintu antara Kementerian Luar Negeri dan pihak keluarga Subandi.
Hari ini, Rabu (18/9/2018), tepatnya pukul 09.00 WIB, ia akhirnya bertemu dengan Subandi bin Sattu, di Kantor Kementerian Luar Negeri RI, Pejambon, Jakarta Pusat.
Dengan raut wajah yang tampak lelah dan tegang, Rudi dihadapan awak media menyatakan rasa syukurnya, atas jawaban keadaan Subandi, Subandi kembali dengan selamat dan sehat ke pelukan keluarga.
"Jelas kami (keluarga) bersyukur, Subandi sudah bersama keluarga lagi. Selama 20 bulan keluarga sama sekali tak berkomukasi tapi terjawab hari ini," kata Rudi.
Pria asal Bulukumba, Kecamatan Buntu Bahari, Desa Bira, Dusun Lihukaloe, Sulawesi Selatan ini menuturkan, ia harus bolak-balik ke Jakarta untuk terus mencari informasi terkini tentang Subandi.
Subandi diterangkan Rudi memang merantau ke Malaysia bersama istrinya yang bernama Indah Subandi, dan memiliki seorang anak.
"Semua informasi hanya dari saya, mencari informasi dari Kementerian Luar Negeri. Keluarga dibatasi cari informasi dari luar agar tidak galau," ujarnya.
Selama lebih dari setahun, ia menyakinkan keluarga agar tetap optimis bahwa Kementerian Luar Negeri berusaha yang terbaik untuk penyelamatan Subandi.
"Iya (optimis). Kami menjaga keluarga agar tak dapat info dari luar. Saya terus berkomunikasi dengan Kemlu," kata Rudi.
Ia mewakili keluarga mengucapkan rasa terima kasih kepada Pemerintah Indonesia, Kemenlu RI dan semua pihak yang membantu pembebasan Subandi dan dua WNI lain.
"Selama dua puluh bulan sangat menderita tanpa komunikasi (dengan Subandi), mencari informasi ke Jakarta (Kemenlu), kami ucapkan terima kasih dan meminta maaf kepada Kemenlu yang terkadang emosi untuk mencari kepastiaan," kata Rudi.