TRIBUNNEWS.COM – Kurs dollar AS terhadap rupiah telah menembus Rp 15.000 pada Selasa sore (2/10/2018).
Mencermati hal ini, pengajar komunikasi politik, Emrus Sihombing, menilai pemerintah harus lebih berhati-hati menentukan formula ekonomi mengatasi liarnya lonjakan dollar AS ini.
Baca: SKK Migas Proyeksikan Penyerapan Dana CSR KKKS Sekitar 80 Persen
Menurutnya, tim ekonomi Kabinet Presiden Jokowi-JK belum memiliki solusi komprehensif untuk meredam berbagai macam faktor yang mengakibatkan rupiah tidak berdaya. Apalagi, kondisi ini menggerus cadangan devisa RI.
“Terlebih, The Fed bakal terus menaikkan suku bunga dalam beberapa waktu ke depan. Ini memang diakui sebagai faktor eksternal namun tim ekonomi harus sudah bersiap dan meramu formula terbaik untuk rakyat Indonesia,” ujarnya ketika dihubungi, Selasa (2/10/2018).
Emrus juga mengatakan, pemerintahan Jokowi-JK tidak perlu ragu mengevaluasi kinerja tim ekonomi bila memang hasil evaluasi itu akan memberikan stabilitas dan rasa aman bagi seluruh rakyat Indonesia.
“Siapapun ekonom atau pakar ekonomi yang mampu menyelesaikan persoalan ekonomi bangsa ini dan memberikan formula yang lebih baik, maka tidak ada alasan bagi pemerintah untuk menutup mata sekalipun opsi itu ialah presiden melakukan reshuffle kabinet,” tegasnya.
Diharapkan, formula ekonomi tersebut dapat memperkuat rupiah, sekaligus menahan laju fluktuasi dollar AS dan berdampak mempertahankan cadangan devisa serta muaranya memperbaiki fundamental ekonomi nasional.*