TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Peneliti Populi Center, Rafif Pamenang Imawan, menilai Gerakan Arah Baru Indonesia (Garbi) dinilai bisa jadi ancaman soliditas internal PKS.
Keretakan soliditas ini ditandai dengan mundurnya kader PKS di sejumlah daerah.
"Kalau terkait dengan kader PKS yang keluar itu, karena muncul faksi di PKS dan ini gerbongnya Anies Matta yang kemudian keluar dan membuat gerakan baru. Itu potensi besar menjadi pecahan PKS. Garbi merupakan ancaman soliditas," ujar Rafif di kawasan Menteng, Jakarta Pusat, Sabtu (27/10/2018).
Baca: JK, Megawati, dan Risma Hadiri Rakernas TKN Jokowi-Maruf Amin di Surabaya
Menurut Rafif, elektabilitas PKS cenderung turun bila dilihat dari hasil survei yang dilakukan.
"Kalau dari survei kami, PKS masuk dalam partai yang elektabilitasnya berada di bawah 4 persen," katanya.
Dari data survei nasional Populi Center, menurut Rafif, PKS pada survei Oktober memiliki elektabilitas 3 persen.
Pada survei sebelumnya, PKS punya elektabilitas 3,8 persen pada bulan Juli dan 3,6 persen pada Agustus 2018.
"Soliditas partai ini bagaimana pun juga jadi tantangan PKS, karena ada faksi di dalamnya. Kedua, mengenai masalah caleg-caleg yang ada di daerah karena partai yang dukung Prabowo pun, misal PKS ini (dari survei) 22 persen masih mendukung Jokowi," tuturnya.
Baca: Pilpres 2019 Masih Didominasi Pemain-pemain Lama
Diketahui, aksi mundur kader PKS terjadi Bali, Banyumas, dan di Mojokerto.
Puluhan kader DPD PKS Kabupaten Mojokerto memilih mengundurkan diri untuk berhijrah ke ormas Garbi.
Perbedaan gagasan yang memicu perpecahan internal partai tersebut.