Tidak ada keraguan dirinya terhadap kemampuan Bhavye dan Harvino dalam menerbangkan pesawat.
"Mereka sama-sama kompeten, sesuai standar profesi di pilot," tegasnya.
Lebih lanjut Rama pun menjelaskan, tiap maskapai penerbangan memiliki proses pelatihan atau training bertahap enam bulan sekali untuk pilot dan co-pilotnya.
Menurut dia, setiap captain pesawat akan mendapat pelatihan khusus dari masakapai, jika terjadi pergantian tipe pesawat.
Pun demikian ia menyakini dua anggota IPI memperoleh pelatihan ketika akan menerbangkan Pesawat Lion Air PK-LQP, yang tercatat sebagai pesawat baru dan generasi terbaru dari Boing 737-Max generasi ke-8 (Max 8).
"Mereka pasti mengalami traning untuk mengawaki pesawat Boing 737 Max-8. Dan setelah itu akan berlangsung normal setiap enam bulan sekali akan ada training lagi," jelasnya.
Sebagaimana diketahui pesawat Lion Air nomor penenerbangan JT 610 dengan rute penerbangan Cengkareng menuju Pangkalpinang dikomandoi Capten Bhavye Suneja dengan copilot Harvino bersama enam awak kabin.
Menurut CEO Lion Air, Edward Sirait, Capten Bhavye Suneja memiliki 6000 jam terbang.
"Capten penerbang ini sudah mempunyai 6000 jam terbang dan sudah sering membawa pesawat dari Indonesia, dari Manado menuju Cina juga sudah banyak menerbangkan pesawat ini," ujar Edward Sirait, Jakarta, Senin (29/10/2018).
Copilot Harvino juga, menurut Edward Sirait, tercatat sebagai copilot senior.
"Jam terbangnya sudah lebih dari 5100," jelasnya.
Basarnas telah memastikan, pesawat rute Jakarta-Pangkalpinang yang membawa 189 orang itu jatuh di perairan Karawang, Jawa Barat, Senin (29/10/2018) pagi.
Sejauh ini proses pencarian dan evakuasi badan pesawat dan penumpang masih terus dilakukan di perairan Tanjung Karawang. (*)