TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA-Retorika ketidakadilan, kesenjangan dan marjinalisasi saat ini selalu didengungkan oleh Capres Prabowo Subianto.
Baca: Pidato Lengkap Prabowo Sebut Tampang Boyolali yang Dinilai Melecehkan hingga Dilaporkan ke Polisi
"99 persen rakyat indonesia hidup pas-pas an kata beliau. Ini menarik sebab retorika tersebut dilontarkan oleh Prabowo yang termasuk golongan 1 persen yang tidak pas pasan," ungkap pengamat politik Unversitas Indonesia (UI), Donny Gahral Adian, Sabtu (3/11/2018).
Akibatnya, anomali politik pun terjadi. Di Boyolali retorika kemiskinan Prabowo berubah menjadi ujaran yang merendahkan. Artinya, prabowo tidak bisa melepaskan diri dari kelas sosial-nya saat berpidato," lanjut Doni.
Baca: Dibully Gara-gara Tampang Boyolali, Jubir Prabowo Buat Video Tampang Padang dan Tampang Tentara
Menurutnya, Prabowo berbicara pertentangan kelas. Ia mencontohkan orang miskin tidak bisa masuk hotel mewah dari ketinggian kelasnya. Ia khawatir, semua program Prabowo untuk membela yang papa ditulis dengan tinta emas.
Hal yang sama juga berlaku untuk cawapres sandiaga uno.
Mereka berdua, lanjut Doni, memainkan politisasi kemiskinan bukan politik kemiskinan.
Baca: Indonesia Menduduki Peringkat Pertama sebagai Negara Paling Dermawan di Dunia
"Mereka menjual kemiskinan sebagai propaganda politik in optima forma. Sah-sah saja sebagai strategi namun fatal sebagai posisi politik," Doni menegaskan.
Baca: Berbaju Pendekar Banten, Jokowi-Maruf Amin Dapat Dukungan Keluarga Besar Tubagus Chasan Sochib
Tagar #SaveMukaBoyolali sempat mendadak viral di media sosial.Tagar tersebut ramai diperbincangkan setelah viralnya pidato calon presiden nomor urut 2 ketika berkunjung ke Boyolali.
Dalam pidato tersebut, diketahui Prabowo Subianto membahas tentang tampang Boyolali. Prabowo menyebut berbagai hotel mewah yang ada di Jakarta kemudian berkata bahwa orang Boyolali mungkin diusir karena tidak tampang orang kaya.