TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Adanya aksi dan gerakan tertentu belakangan ini dicurigai bermuatan politik.
Sekretaris Umum Baitul Muslimin Indonesia (Bamusi) Nasyirul Falah Amru menganggap pola gerakan ini sama dan dilakukan oleh orang yang sama.
Nasyirul menambahkan, gerakan demi gerakan itu sangat mengganggu karena terlihat ada ambisi politik untuk meraih kekuasaan.
"Agama harusnya menjadi landasan moral, etika, dan tuntunan bangsa menuju masyarakat adil dan makmur,," kata dia ketika dihubungi, Senin (5/11/2018).
Terlebih, dia mengaku miris melihat organisasi masyarakat yang sudah dibubarkan oleh pengadilan namun sepertinya masih bebas beraktivitas.
Baca: Pidato Tampang Boyolali Prabowo Tuai Polemik, Fahri Hamzah: Maksudnya Baik, Tapi Rumus Politik Lain
Pengamat intelijen dan keamanan dari UIN Syarif Hidayatullah, Robi Sugara mengingatkan masyarakat Indonesia untuk mewaspadai kemungkinan gerakan-gerakan ganti presiden yang ditunggangi kelompok-kelompok yang memiliki ideologi transnasional di Indonesia.
“Jangan sampai memanfaatkan kekacauan sosial dan politik,” ujar dia.
Pertama, kata dia, jika terjadi benturan antara dua kelompok pendukung calon presiden yang kemudian terjadi konflik berdarah, mereka akan mengkonsolidasikan kader-kadernya untuk melakukan pergerakan pergantian sistem pemerintahan di Indonesia.
Keuntungan kedua, ketika gerakan itu berhasil menggulingkan pemerintah Presiden Joko Widodo (Jokowi), maka kampanye selanjutnya akan mengatakan bahwa presiden berganti tidak akan ada perubahan selagi sistemnya tidak digantikan dengan khilafah.
Dia khawatir gerakan ini jangan sampai memecahbelah bangsa sehingga harus disudahi. Terlebih, saat ini di lapangan justru mengarah terjadi kericuhan. Apalagi, belakangan ini Polri menyebut kegiatan ini menimbulkan gangguan kamtibmas, dan ancaman perpecahan.