Ketua DPR RI Bambang Soesatyo menegaskan peningkatan kerja sama ekonomi, perdagangan dan investasi antara Indonesia dan Selandia baru sangatlah penting. Indonesia dan Selandia Baru sama-sama menginginkan kerja sama yang terjalin mampu menghasilkan hubungan yang saling menguntungkan. Di tahun 2024, ditargetkan perdagangan bilateral Indonesia dan Selandia Baru mencapai Rp 40 triliun atau sekitar 2,9 miliar dolar Amerika Serikat (AS).
“Saat ini ekspor Indonesia ke Selandia Baru terus meningkat. Pada tahun 2017, total ekspor Indonesia ke Selandia Baru sebesar 437,8 juta dolar AS. Sementara, total ekspor Selandia Baru ke Indonesia pada tahun 2017 sebesar 751,1 juta dolar AS. Untuk mencapai target perdagangan senilai 2,9 milliar dolar AS di tahun 2024, diperlukan kerja sama yang lebih baik lagi antar kedua negara,” ujar Bamsoet, sapaan akrabnya saat bertemu Komite Pembangunan Ekonomi Parlemen Selandia Baru, di Gedung Parlemen Selandia Baru di Wellington, Kamis (08/11/2018).
Hadir dalam pertemuan tersebut Duta Besar Republik Indonesia untuk Selandia Baru Tantowi Yahya, Ketua Fraksi PAN DPR RI Mulfachri Harahap, Anggota Fraksi Partai Golkar DPR RI Mukhamad Misbakun dan Ahmadi Noor Supit, Anggota Fraksi Nasdem DPR RI Akbar Faisal, Anggota Fraksi PDI Perjuangan DPR RI Masinton Pasaribu serta Staf Khusus Ketua DPR RI Yorrys Raweyai.
Sementara dari Komite Pembangunan Ekonomi Parlemen New Zealand hadir Ketua Komite Pembangunan Ekonomi Jonathan Young, serta anggota Komite Melissa Lee, Andrew Falloon, Lawrence Yule, Tamati Coffey, Liz Craig, Simeon Brown dan Nicola Willis.
Bamsoet menuturkan, kerja sama di bidang ekspor non migas dari Indonesia ke Selandia Baru sempat terjadi pasang surut. Pada tahun 2012 ekspor non migas dari Indonesia ke Selandia mencapai 366 juta dolar AS. Namun, pada tahun 2016 terjadi penurunan sebesar 1,62 persen menjadi 357,5 juta dolar AS. Beruntung, di tahun 2017, nilai ekspor Indonesia ke Selandia Baru mengalami kenaikan sebesar 15,32 persen menjadi 412,4 juta dolar AS.
“Sementara, untuk ekspor non migas dari Selandia Baru ke Indonesia juga mengalami penurunan sebesar 3,35 persen dari 696,2 juta dolar AS pada 2012, menjadi 660,9 juta dolar AS pada 2016. Di tahun 2017, kinerja impor tersebut meningkat 13,66 persen menjadi 751,2 juta dolar AS. Kita harapkan nilai ekspor kedua negara bisa terus meningkat di tahun mendatang,” papar Bamsoet.
Legislator Partai Golkar ini menegaskan, Indonesia terus berupaya membuka akses pasar Selandia Baru agar menerima berbagai komoditas unggulan Indonesia. Saat ini, Selandia Baru telah menerima komoditas buah tropis dari Indonesia, seperti manggis, salak serta kopi.
“Indonesia melihat peluang masuknya buah tropis dari Indonesia ke Selandia Baru masih sangat terbuka. Kami berharap buah-buahan tropis dari Indonesia seperti mangga, nanas ataupun pisang dapat segera diekspor ke Selandia Baru,” tutur Bamsoet.
Lebih lanjut, mantan Ketua Komisi III DPR RI ini menuturkan dalam kerja sama di bidang investasi, Indonesia dan Selandia Baru perlu mendorong rencana investasi yang sudah ada agar segera direalisasikan. Kedua negara telah berkomitmen agar sejumlah proyek yang telah diputuskan dapat diimplementasikan sesegera mungkin.
“Sejak tahun 2010 hingga tahun 2015, tercatat realisasi investasi Selandia Baru di Indonesia sebesar 32,2 juta dolar AS. Dari jumlah tersebut yang teralisasi sebesar 77 persen di industri makanan. Sementara di tahun 2017, nilai investasi Selandia Baru di Indonesia sebesar 15 juta dolar AS pada 73 proyek. Kami harap angka investasi ini dapat meningkat di tahun berikutnya,” kata Bamsoet.
Legislator dapil Jawa Tengah VII ini menambahkan, di bawah pemerintahan Presiden Joko Widodo, Indonesia saat ini sedang mengembangkan kebijakan Poros Maritim Dunia. Kebijakan tersebut menempatkan Indonesia sebagai poros kerja sama maritim diantara negara-negara yang terletak di kawasan Indo-Pasifik.
“Kami harapkan Selandia Baru turut menyukseskan program Indonesia tersebut dengan melakukan investasi di bidang kelautan. Terlebih, belum lama ini Selandia Baru memperoleh penghargaan negara terbaik dalam penanganan sumber kelautan secara berkelanjutan,” pungkas Bamsoet. (*)