"Sehingga saya akhirnya bisa terpilih menjadi kepala daerah, yaitu Kabupaten Tanjung Jabung Timur," kata dia.
"Beberapa tahun saya menjabat, saya pun didukung pula untuk mengikuti Pilkada Gubernur Provinsi Jambi pada tahun 2015, sehingga akhirnya saya terpilih dan dilantik pada bulan Februari 2016," lanjutnya.
Berharap uang simpanan dikembalikan Selama beberapa menit, Zumi memberikan berbagai macam klarifikasi terkait posisinya dalam dua perkara korupsi yang menjeratnya.
Setelah itu, ia mulai menyinggung uang simpanannya di dalam brankas yang disita oleh KPK.
Ia berharap, agar majelis hakim mempertimbangkan pengembalian uang simpanan itu.
Menurut Zumi, uang simpanan tersebut tak ada sangkut pautnya dengan perkara korupsi.
Uang simpanan itu, lanjut dia, merupakan sebagian hasil pekerjaannya sebagai artis, kepala daerah, pemberian sang ayah, dan uang sisa kuliahnya di Inggris.
"Saya memohon dengan amat sangat agar uang simpanan saya tersebut bisa dikeluarkan dari penyitaan," kata dia.
Dengan suara terbata-bata, Zumi menganggap pengembalian uang simpanannya akan sangat berarti bagi kebutuhan dirinya dan keluarga selama dirinya menjalani masa hukuman nanti. Sebab, kata dia, istrinya hanyalah seorang ibu rumah tangga yang harus merawat dan menghidupi kedua anaknya.
Sementara dirinya nanti harus menjalani hukuman penjara.
"Selama menjabat Gubernur, saya banyak berada di Jakarta untuk bisa berada dekat anak-anak dan istri saya. Karena istri saya membutuhkan saya membantu mengurus kedua anak kami yang masih kecil," katanya sambil menangis.
Ia merasa, uang simpanan tersebut juga bermanfaat bagi perawatan dirinya atas penyakit diabetes yang selama ini dideritanya.
"Saya memohon agar diberikan keringanan dan diberikan kesempatan kepada saya untuk bisa merawat keluarga sesegera setelah saya mempertanggungjawabkan perbuatan saya melalui pelaksanaan hukuman," ujarnya sambil terisak.
Minta maaf kepada keluarga Menjelang akhir pleidoinya, Zumi berharap agar ibu, ayah dan istrinya bisa memaafkannya. Ia merasa telah mencoreng dan mempermalukan nama baik keluarganya karena tersangkut kasus korupsi.