TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Presiden Joko Widodo menyatakan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS ke depan akan terus menguat, seiring mulai kembalinya modal asing ke Tanah Air.
"Saya dengar infonya arus modal asing sudah kembali masuk, ya jangan kaget kalau nanti dolar turun terus, enggak tahu sampai berapa tapi kita juga tidak ingin dolar turun drastis karena masih ingin ada manfaat dari ekspor kita," ujar Jokowi di Jakarta, Senin (3/12/2018).
Laju mata rupiah pada pembukaan awal pekan ini melanjutkan tren penguatannya ke posisi Rp 14.265 per dolar AS. Sebelumnya, pada akhir pekan lalu, Rupiah berada di level Rp 14.301 per dolar AS.
Di pasar spot, hari ini kurs rupiah diperdagangkan pada kisaran Rp 14.237 hingga Rp 14.270 per dolar AS. Dengan posisi kurs pagi ini, depresiasi mata uang garuda sejak awal tahun (year to date), menjadi 5,24 persen.
Baliknya arus modal asing ke Indonesia, menurut Jokowi seiring perekonomian Indonesia masih baik di tengah ketidakpastian global, seperti pertumbuhan ekonomi masih tumbuh di atas 5 persen, inflasi di akhir 2018 diperkirakan sekitar 3,2 persen dan defisit APBN hanya 1,8 persen.
"Pengelolaan fiskal kita sangat hati-hati dan itu menambah kepercayaan internasional, apa sih yang ingin kita bangun? Trust (kepercayaan), bahwa kira mengelola fiskal secara hati-hati," ujar Jokowi.
Di samping itu, Jokowi pun meminta para pengusaha berhenti mengekspor bahan mentah dan beralih membangun industri hilir di dalam negeri.
Menurut Jokowi, setiap tahun Indonesia mengekspor 480 juta ton batubara mentah, padahal jika ada hilirisasi industrinya sejak awal maka komoditas tersebut dapat diolah menjadi LPG dan avtur.
"Kalau belum siap teknologinya, beli saja, cari saja, selalu saya dorong. Menyelesaikannya memang enggak mudah, sekali lagi hilirisasi," ujar Jokowi.
Adanya hilirisasi industri maka persoalan defiait transaksi berjalan atau current account deficit (CAD) dapat diatasi dengan mudah, dimana selama ini hal tersebut masih menjadi masalah bagi Indonesia.
"Ini sudah berpuluh tahun bahwa problem besar kita adalah CAD. Kita tahu, tapi kita tidak pernah mengeksekusi masalahnya sehingga dalam 2 tahun ini saya terus berkonsentrasi di sini," paparnya.