Laporan Wartawan Tribunnews.com, Chaerul Umam
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menjelaskan bahwa sirine yang digunakan untuk peringatan dini tsunami di Selat Sunda terdapat 5 titik.
Hal itu dikatakan Kabid Mitigasi Gempa bumi dan Tsunami, Tiar Prasetiar seusai konfrensi pers di Gedung BMKG, Jakarta, Minggu (23/12/2018).
"Sirine Milik BMKG di Selat Sunda ada 5 titik. Di Banten 3 (Kecamatan Pasuruan, Kecamatan Labuan, Kecamatan Panimbang) di Lampung 2 (Kabupaten Tanggamus dan Kecamatan Kalianda)," bebernya.
Menurut Tiar, selain 5 titik tersebut dapat dipastikan bukan milik BMKG. "Selain itu, dipastikan bukan punya kita," imbuhnya.
Kendati demikian, Tiar mengatakan bahwa pemerintah daerah memiliki wewenang untuk memberikan peringatan dini karena letaknya sangat dekat dengan warga.
Namun, dalam konteks sirine yang bunyi di Labuan, Pandeglang, Banten, BMKG tidak mendeteksi adanya sensor pemberitahuan.
Baca: Bersyukur Istri Ifan Seventeen Selamat, Artis Angela Prisa Bagi Potret Keakraban dengan Dylan Sahara
"BMKG tidak mendeteksi adanya sensor terdekat sekitar Selat Sunda di Cigeulis tidak ada perubahan apapun," tandasnya.
Sebelumnya gelombang tinggi menerjang pesisir Serang dan menyebabkan sejumlah kerusakan. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyatakan bahwa gelombang itu merupakan tsunami.
BMKG menyampaikan kesimpulan tersebut setelah mendapatkan data dari 4 stasiun pengamatan pasang surut di sekitar Selat Sunda pada waktu kejadian tsunami, yaitu pukul 21.27 WIB.
Hasil pengamatan menunjukkan tinggi gelombang masing-masing 0.9 meter di Serang pada pukul 21.27 WIB, 0,35 meter di Banten pada pukul 21.33 WIB, 0,36 meter di Kota Agung pada pukul 21.35 WIB, dan 0,28 meter pada pukul 21.53 WIB di Pelabuhan Panjang.