News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Tsunami di Banten dan Lampung

BNPB: Sistem Peringatan Dini Tsunami di Indonesia Belum Optimal

Penulis: Glery Lazuardi
Editor: Sanusi
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Kawasan Mutiara Carita Resort yang terdampak paling parah dari gelombang tsunami Selat Sunda di kawasan Carita, Minggu (23/12/2018).

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Indonesia belum mempunyai peralatan sistem peringatan dini tsunami memadai. Terutama mendeteksi tsunami yang dibangkitkan longsoran bawah laut dan erupsi gunung berapi.

Pernyataan itu disampaikan Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Sutopo Purwo Nugroho.

"Indonesia tak memiliki sistem peringatan dini tsunami yang dibangkitkan longsoran bawah laut dan erupsi gunung api, sehingga proses terjadi tiba-tiba," kata Sutopo, di Kantor Graha BNPB, Selasa (25/12/2018).

Pada saat ini, dia menjelaskan, pemerintah melalui Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), telah memiliki sistem peringatan dini tsunami.

Dia mencontohkan, pada saat terjadi gempa bumi, maka berselang waktu sekitar lima menit kemudian BMKG dapat memberikan informasi kepada publik mengenai peringatan dini tsunami yang langsung terkoneksi dengan stasiun televisi, kementerian, lembaga, dan pemerintah daerah.

Namun, kata dia, apa yang terjadi di Selat Sunda, pada Jumat (21/12/2018) berbeda. Menurut dia, tidak ada pendeteksian dini akan terjadi tsunami di kawasan tersebut.

Sehingga, dia menjelaskan, pada saat terjadi erupsi Gunung Anak Krakatau yang mengakibatkan longsor di bawah laut, lalu memicu tsunami di kawasan Lampung Selatan dan Banten.

"Itu evakuasi masalah tidak ada kesempatan untuk evakuasi berbeda dengan tsunami yang dibangkitkan oleh gempa bumi aktivitas tektonik," kata dia.

Baca: Sebelum Ifan Seventeen, Ternyata Ibu Dylan Sahara Lebih Dulu Menemukan Jenazah sang Putri

Padahal, berdasarkan catatan tsunami di Indonesia, dia menegaskan, 90 persen potensi tsunami dibangkitkan gempa bumi, sedangkan 10 persen sisanya oleh longsor bawah laut dan erupsi gunung berapi.

Kondisi ini ditambah, Indonesia memiliki 127 gunung berapi aktif 13 persen populasi gunung berapi aktif dunia ada di Indonesia yang berpotensi tsunami.

Sampai saat ini, pihaknya masih mengukur berapa tinggi tsunami dan berapa landaan yang berada di daratan. Namun, melihat kondisi letak bangunan terdampak bencana maka tinggi tsunami dapat mencapai sekitar 5 meter.

"Tinggi tsunami berdasarkan informasi lapangan baik dari masyarakat, petugas dan sebagainya bervariasi. Ada mengatakan 2 meter, ada mengatakan di daerah sekitar Sumur, Tanjung Lesung kemudian Cibiris ada yang mengatakan lebih dari 5 meter," tambahnya.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini