News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Tsunami di Banten dan Lampung

Korban Tsunami: Alhamdulillah, Baru Hari Ini Saya Lihat Matahari

Penulis: Amriyono Prakoso
Editor: Hasanudin Aco
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Tim gabungan yang terdiri dari Basarnas, TNI bersama relawan saat melakukan evakuasi warga Pulau Sebuku dengan KRI Torani 860 di perairan Selat Sunda, Banten, Kamis (27/12/2018). Warga Pulau Sebuku yang dievakuasi keatas KRI Torani 860 sebanyak 64 orang dan yang memilih untuk bertahan di Pulau Sebuku sebanyak 27 orang. (Tribunnews/Jeprima)

TRIBUNNEWS.COM, LAMPUNG - Suasana begitu haru di atas KRI Torani 860 saat melakukan evakuasi di Pulau Sebuku, Lampung Selatan, Jumat (28/12/2018) malam.

Puluhan orang yang masih bertahan di lokasi yang hanya berjarak 20 kilometer dari Gunung Anak Krakatau itu bergantian masuk ke dalam buritan kapal.

"Satu-satu dibantu. Jangan rebutan. Semuanya pasti masuk," teriak Mayor Laut Agus Daryanto memimpin proses evakuasi di atas kapalnya.

Isak tangis mulai terdengar dari anak kecil yang menunggu ibunya naik ke atas pagar kapal.

Seorang pria paruh baya, Hamzah, sempat mengucapkan syukur atas kedatangan KRI Torani. Dia sudah hampir putus asa karena harus keluar dari pengungsian yang ada di gunung.

"Alhamdulillah, baru hari ini saya lihat matahari. Selama ini saya di gunung hujan terus," suara seraknya terdengar.

Baca: Terciduk Bermesraan dengan Irwan Mussry di Belakang Ayahnya, Maia Estianty: Begini Kalau Jatuh Cinta

Baca:  Dihadapan Sang Ibu Gempita Sebut Lebih Sayang Gading Marteen, Begini Tanggapan Gisella Anastasia

Baca:  Rumor Transfer Persib Bandung: Kode Hati Biru Pemain Asal Brasil hingga Kembalinya Kakak Beckham

Tim gabungan yang terdiri dari Basarnas, TNI bersama relawan saat melakukan evakuasi warga Pulau Sebuku dengan KRI Torani 860 di perairan Selat Sunda, Banten, Kamis (27/12/2018). Warga Pulau Sebuku yang dievakuasi keatas KRI Torani 860 sebanyak 64 orang dan yang memilih untuk bertahan di Pulau Sebuku sebanyak 27 orang. (Tribunnews/Jeprima) (Tribunnews/JEPRIMA)

Baca: Kisah Pilu Pemain Timnas U-13 yang Keluarganya Jadi Korban Tsunami Lampung dan Banten

Masih menyelempangkan sarung di badannya, Hamzah menghisap dalam tembakaunya dan mengepulkan asap putih dari bibirnya.

"Demi Allah, saya tidak mau lagi seperti ini. Semoga ini yang terakhir," kata dia lagi.

Selama enam hari sejak kejadian Tsunami, ia bersama keluarganya harus tinggal bersesakan di tenda pengungsian yang berdiri seadanya.

Tidak ada bidan dan dokter yang datang ke Pulau Sebuku, membuat ia memaksakan diri untuk keluar dari pulau karena anaknya terus menderita sakit panas.

"Saya harus keluar dari gunung. Saya lihat anak saya sudah sakit terus. Semuanya dingin, hujan tidak pernah berhenti sejak Tsunami," ungkap dia menghempaskan asap tembakau terakhir yang dihisapnya.

Dia terus bercerita, bahwa rumahnya sebagian besar hancur di terjang Tsunami. Saat itu, ia sedang berbincang dengan tiga rekan lainnya di Dermaga Bangkai Pulau Sebuku. Tidak ada tanda, tidak ada peringatan, ombak besar mulai terlihat di kejauhan. Semua panik. Ia membangunkan istrinya yang sudah terlelap.

"Saya kasihan sama anak-anak. Malam itu, semuanya nangis. Semua teriak-teriak. Kami lari sampai 1,5 kilometer ke atas gunung," tuturnya.

Baca: Terdampak Tsunami, Mendagri Minta Gubernur Banten Cek Persiapan Pemilu

Halaman
12
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini