Laporan Wartawan Tribunnews.com, Fransiskus Adhiyuda
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kepala Badan Geologi Kementrian ESDM Rudy Suhendar mengatakan perlunya penguatan mitigasi bencana kepada masyarakat supaya bisa mempersiapkan diri dari bahaya bencana alam.
Menurutnya, strategi tahapan mitigasi bencana sangat perlu untuk berbagai bencana seperti longsor dan tsunami.
Satu upaya mitigasi yakni gunung api dengan pemantauan 68 dari 127 gunung api aktif di Indonesia.
Baca: KPK Gadungan Beredar di Bali, Pakai Nama Komisi Pemberantasan Koropsi
"4,5 juta orang terancam gunung api. Kami ada 200 pemantau kerja 24 jam mulai beberapa tahun lalu, termasuk Anak Krakatau," kata Rudy Suhendar dalam sebuah diskusi bertema 'Mitigasi bencana masih menjadi PR' di kawasan Rawamangun, Jakarta Timur, Kamis (3/1/2018).
Risiko kebencanaan yang mengintai masyarakat, kata Rudy, tidak dibarengi dengan pengetahuan mitigasi bencana alam.
Ia menyadari, keterbatasan sosialisasi yang dilakukan membuat masyarakat masih belum memahami reiiko kebencanaan.
Baca: Tawarkan Kerjaan untuk Adik Billy Syahputra, Kriss Hatta Ungkap Kelanjutannya: Diterima atau Tidak?
"Kami melakukan sosialisasi, tapi sosialisasi kita memiliki keterbatasan. Karena lingkup bada geologi ini mencangkup seluruh Indoensia, jadi sosialisasinya memang ada keterbatasan kalau dari kita," katanya.
Ia mencontohkan bagaimana saat ini telah melakukan sosialisasi mitigasi bencana di kawasan Gunung Merapi, Jawa Tengah.
Dimana, masyarakat terlibat aktif saat aktivitas magma Gunung Merapi mulai terlihat.
"Kita lakukan pemantauan secara intensif dan bekerja sama dengan masyarakat karena kapasitas dari mitigasi ini adalah kapasitas masyarakat. Mudah-mudahan tidak (terjadi), tapi kalau ada kejadian letusan itu bisa terhindar," ungkapnya.
Baca: Untuk Antisipasi Tsunami Susulan, BMKG Pasang Water Level di Pulau Sebesi
Menurutnya, kesadaran masyarakat untuk sadar akan mitigasi bencana masih minim.
Hal itu terbukti bagaimana selalu ada saja permukiman yang berada di kawasan rawan bencana.
Ia mencontohkan, saat peristiwa tsunami di Selat Sunda, banyak masyarakat di sekitar bibir pantai dan wisatawan menjadi korban terjangan tsunami.
Baca: Ahmad Antoni Nekat Curi Motor di Halaman Masjid
"Metigasi itu harapannya, kalau kemarin saya kejadian Selat Sunda di pantai Carita dan Tanjung Lesung mengetahui saja, kita harus ada dimana, kan korban itu wisatawan dan masyarakat. Jangan kan wisatawan, masyarakat pun agak kurang diberi pengertian dan tidak mau mengerti sistem kebencanaan," paparnya.
"Masyarakat harus tahu kita itu tinggal di wilayah seperti apa, Indonesia sangat luas dan rawan bencana," tambahnya.