TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Indonesia menyatakan akan terus mendukung proses terciptanya perdamaian di Kolombia dengan Kelompok FARC.
Hal itu disampaikan, Menteri Luar Negeri (Menlu RI) Retno LP Marsudi dalam pertemuan DK PBB di Markas Besar PBB, New York, Rabu (23/1/2019).
Retno menyampaikan, di tahun 2015 lalu, Pemerintah Kolombia mengundang Indonesia ke negaranya, untuk membagi pengalaman proses perdamaian antara Pemerintah RI dan GAM.
Dari hasil pertemuan itu disepakati, “the Final Agreement to End the Armed Conflict and Build a Stable and Lasting Peace,” yang mengakhiri konflik lebih dari 50 tahun.
“Indonesia percaya Pemerintah Kolombia memiliki komitmen kuat untuk memajukan proses perdamaian di Kolombia,” tutur Menlu Retno, diketerangannya, Kamis (24/1/2019).
Baca: Joko Driyono: Saya Dimintai Keterangan Ada 45 Pertanyaan
Lebih lanjut Menlu RI menyampaikan, kesiapan Indonesia untuk bekerja sama dengan Kolombia mendukung program program pasca-konflik khususnya demobilisasi, perlucutan senjata dan reintegrasi (DDR).
“Proses reintegrasi dan pembangunan perdamaian pasca-konflik yang efektif adalah kunci dari keberhasilan implementasi perjanjian damai,” tegas Menlu Retno.
Selain itu, Mantan Dubes RI untuk Belanda ini juga menuturkan, Indonesia akan membantu integrasi sosio-ekonomi pasca konflik di Kolombia, dengan program kerja sama Oil Palm for Peace yang sedang dilakukan dengan Kolombia.
"Program tersebut bertujuan mengkonversi lahan koka menjadi komoditas yang produktif seperti minyak kelapa sawit dan karet," ujarnya.
Penandatanganan kesepakatan damai antara Pemerintah Kolombia dan FARC di tahun 2016 juga tak lepas dari bantuan PBB, di mana PBB menjadi pihak ketiga dari perjanjian damai Kolombia untuk mengawal implementasi kesepakatan perjanjian damai.
DK PBB menyambut positif permintaan ini dengan membentuk UN Verification Mission in Colombia telah bertugas sejak akhir tahun 2016.