Di pesantren yang lokasinya sekitar 2 km dari lokasi acara tersebut, Amran betinteraksi langsung dengan sejumlah santri yang antusias mengikuti pelatihan pengoperasian Alsintan di sawah hingga pelatihan peternakan khususnya sapi, domba dan ayam.
Tak hanya teori, para santri tersebut langsung menerapkan ilmunya. Sejak berdirinya di pertengahan 1960-an, para santri di pesantren ini memang telah terbiasa memenuhi kebutuhan 4.000 santrinya dengan bertani.
"Dari lebih dari 30 hektare lebih lahan milik pesantren, setengahnya adalah lahan pertanian dan sudah dikembangkan untuk sawah, kebun untuk bawang, buncis hingga cabai, juga peternakan, hingga lahan hidroponik untuk sayuran," kata pimpinan pesantren Miftahul Huda, K.H. Asep Maoshul Affandy.
Dengan program Kementan untuk memberdayakan santri untuk sektor pertanian, Asep yang juga merupakan anggota DPR RI ini sangat menyambut baik.
Menurutnya, secara praktik, banyak pesantren yang sudah memperkenalkan pertanian kepada santrinya bahkan menjadikan pertanian sebagai usaha pemenuhan kebutuhan pesantren, tapi akan lebih terarah jika ditopang dengan pelatihan dan bantuan dari pemrintah.
"Program santri tani milenial oleh Kementan sangat baik untuk menambah semangat regenerasi petani sekaligus membangun kemandirian pertanian berbasis pesantren. Bukan sekedar ilmu pengetahuan, tapi langkah nyata meningkatkan kesadaran, minat, dan bekal berwirausaha tani saat kembali ke masyarakat," tutur Asep.
Kabupaten Tasikmalaya dipilih sebagai lokasi peluncuran gerakan santri tani milenial karena selain memiliki banyak pesantren, juga merupakan sentra pertanian produktif.
Tahun 2017, Tasikmalaya memiliki luasan lahan untuk pertanaman padi sebesar 128.589 hektare dan lahan kering untuk pertanaman sayuran sebesar 26.570 hektare.
Produksi padi di Kabupaten Tasikmalaya pada periode tersebut sebesar 823.818 ton sementara sayuran bervariasi sesuai dengan komoditasnya.
Launching Santri Tani Milenial juga dihadiri oleh Anggota DPR RI, Wakil Gubernur Jawa Barat Uu Razhanul Ulum, Bupati Tasikmalaya Ade Sugianto, sejumlah pimpinan pondok pesantren se-Indonesia, perwakilan dari sejumlah kementerian terkait seperti Sekretariat Negara, Kementerian BUMN, Kemenko Perekonomian, Kemendes, dan Kemenag, juga mitra strategis dari perusahaan perbankan, dan kelompok tani.(*)