TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Mantan Menko Kemaritiman Rizal Ramli mengklaim pemerintahan Joko Widodo akan kembali melelang Surat Utang Negara (SUN) sebesar USD 2 juta atau atau setara Rp 28,2 miliar (kurs Rp. 14.100) dengan imbal hasil (yield) hingga 11,625 persen pada 4 Maret 2019 mendatang.
Ia menuding, penguatan nilai tukar rupiah terhadap dolar di awal 2019 ini dikarenakan pemerintah berencana menghutang kembali.
"Indonesia akan ngutang lagi US 2 milyar dgn yield 11,625 persen, issued 4 Maret 2019. Yield tertinggi di kawasan, padahal Vietnam keluarkan surat utang hanya dgn yield 5 persen. Penguatan rupiah didukung oleh peningkatan pinjaman dgn bunga super tinggi !! Kreditor pesta pora, rakyat semakin terbenani. Menkeu semakin ngawur. International bonds: Indonesia, 11.625 persen 4mar2019, USD (USY20721AP44, Y20721AP4)," cuit Rizal Ramli di akun Twitter pribadinya @RamliRizal.
Namun selang beberapa jam, Rizal Ramli merevisi pernyataannya. Dia mengaku besaran yield 11,625 persen yang dicantumkan merupakan SUN lama. Menurutnya, yield terbaru utang Indonesia berkisar 8,5 persen.
Tanggapan Kemenkeu
Ketika dikonfirmasi, Kepala Biro Komunikasi dan Layanan Informasi Kemenkeu Nufransa Wira Sakti membantah tudingan tersebut.
"Itu salah," jawab Nufransa saat dikonfirmasi Tribunnews.com, Senin (28/1/2019).
Nufransa menjelaskan, data yang disebutkan RR merupakan SUN berdenominasi valuta asing (global bond) yang diterbitkan pada 26 Februari 2009 lalu.
Bonds tersebut, lanjutnya, diterbitkan pada saat krisis keuangan global ketika pasar keuangan mengalamai tekanan yang berimbas ke sejumlah negara di dunia.
Nufransa menjelaskan, pada Maret 2019, pemerintah bukan akan menhutang lagi, melainkan melunasi bonds yang jatuh tempo pada periode tersebut.
"Jadi pernyataan RR yang menyebut bahwa Global Bonds itu akan diterbitkan pada bulan Maret 2019 adalah salah dan menyesatkan," tulis Nufransa melalui akun Twitter pribadi-nya, Senin (28/1/2019).
"Saat ini saja yield di pasar sekunder untuk bonds dalam USD kita tenor 10 tahun sebesar 4,24 persen, mana mungkin pemerintah menerbitkan (SUN) saat ini dengan yield 11,625 persen," tukas dia.