Waktu itu, anak buah saya yang di Bandara Balikpapan kasih tahu, ternyata lahan ini punya cadangan batu bara ini besar. Dan sudah dipasarkan dan go public.
Apakah itu yang menjadi alasan, Anda kemarin melakukan klarifikasi mengenai pemberitaan, sampai menyebut hoaks?
Jadi ceritanya, saat debat capres kedua, aku di Bali. Tiba-tiba ada viral berita hoaks, katanya seolah-olah, saya menanggapi pernyataan Jokowi saat itu. Padahal, saya tidak pernah memberi pernyataan ke wartawan dan mereka membuat sendiri. Karena itu lah saya jawab dengan Vlog dan somasi.
Padahal kasus ini kan sudah lama berlalu. Mengapa baru muncul lagi?
Sudah lama. Tapi yang menyinggung karena hoaks itu tadi, maka saya harus jawab. Karena dianggap orang, saya berpihak politik terhadap salah satu. Padahal, dari dulu saya bilang netral. Saya tidak ikut-ikut. Semua politisi itu kan klien gue.
Siapa saja politisi yang pernah dibela?
Ketua Golkar yang sekarang, Pak Airlangga. Dulu, dia sering datang ke kantor gua. Hary Tanoe, (Ketua Umum Perindo dan bos grup MNC ), dia masih jadi klien gua. MNC group itu gua pengacaranya.
Paling lama ya itu, keluarga Hashim, keluarga Prabowo. Dulu itu, waktu krisis moneter, hampir semua perkaranya Prabowo, aku yang bela. Termasuk waktu perkara Kertas Indonesia (dahulu PT Kiani Kertas) itu aku yang bela. Tapi, itu semua murni bisnis. Hary Tanoe, kalau kasus besar MNC Group, itu, aku yang bela.
Jadi begitu alasan Anda tidak mau masuk dan terjun ke politik praktis?
Aku tidak mau ikutan politik, karena aku rasa kepribadianku tidak cocok. Dengan cara sebagai lawyer, bisa lebih bebas, aku bisa berdansa dengan wanita cantik mana pun. Tidak usah mempersulit diriku. Kenapa aku harus ikut dalam kemunafikan, gitu lho?
Apakah ada tawaran atau ajakan dari pihak pengurus partai politik agar anda masuk partai?
Ya pastilah. Tangankanan-tangan kanan ketua-ketua itu datang, bahkan pada saat kampanye. Tapi, aku tidak mau. It is not my way of life. Aku ingin hidup bebas.
Tapi, banyak pengacara kondang juga masuk ke partai. Mereka tetap bisa jadia pengacara. Mengapa anda tida demikian?
Kalau dia sukses sebagai pengacara, harus benar-benar seribu kali mikir masuk politik. Karena apa? Kalau benar karena pendapatan, sebenarnya jauh lebih besar jadi pengacara sukses. Kecuali kalau kamu mau korupsi. Jadi untuk apa lagi saya?
Walau tidak masuk partai politik, bukan berarti anda anti politik bukan? Tidak golput, bukan? Tetap akan mencoblos saat Pemilu atau Pilpres nanti, dong?
Oh, iya, tetap mencoblos dong. Saya akan tetap milih, tapi nanti tunggu mimpi dulu malam sebelumnya. Ha-ha-ha.
Polemik Usai Debat
Diberitakan, dalam debat capres pada Minggu (17/2/2019) lalu, capres Joko Widodo ( Jokowi) mengungkap fakta tentang lahan yang dimiliki capres Prabowo Subianto. Jokowi menyebut, Prabowo memiliki lahan di Kalimantan Timur sebesar 220.000 hektare, dan 120.000 hektare di Aceh Tengah.
Di akhir debat saat penutupan, Prabowo langsung memberikan klarifikasi soal lahan yang dimilikinya adalah tanah milik negara status hak guna usaha (HGU). Prabowo mengatakan, tanah itu sewaktu-waktu dapat diambil kembali oleh negara.
"Kalau untuk negara, saya rela mengembalikan itu semua. Tetapi daripada jatuh ke tangan asing, lebih baik saya yang kelola karena saya nasionalis dan patriotik," katanya.
Baca: Hotman Paris Ingatkan Sejumlah Pihak agar Tak Distribusi Info Hoaks Terkait Dirinya
Wakil Ketua Umum Partai Gerindra/Wakil Ketua DPR RI dan Anggota Dewan Pertimbangan Badan Pemenangan Nasional Prabowo-Sandi, Fadli Zon, menjelaskan asal usul tanah Prabowo Subianto. Menurutnya, tanah tersebut merupakan tanah bekas perusahaan yang bangkrut pada masa krisis monter 1997-1998.