Seluruh kelompok petani yang ada di masing-masing kabupaten di Bali mengikuti gerakan petani milenial Provinsi Bali menuju lumbung pangan dunia di tahun 2045. Dalam memajukan kelompok tani tersebut petani yang ada di Bali akan mengikuti bimtek selama 4 hari dari Selasa (12/3/2019) hingga Jumat (15/3/2019).
Gerakan Peteni Milenial Provinsi Bali itu dibuka Sekretaris Jendral Kementerian Pertanian Ir Dyukur Iwantoro. Menurutnya, petani yang datang mencapai 12 ribu lebih petani yang mewakili petani provinsi Bali dalam gerakan milenial Provinsi Bali ini.
Menurutnya, di tahun 2019 ini pihak Kementerian Pertanian akan mengubah tahun yang sebagai tahun alih generasi petani Indonesia menuju menjadi petani yang modern. Modern yang dimaksud petani yang muda yang akan memudahkan akses permodalan dan mempermudah akses pasar yang intinya bergerak dalam teknologi.
“Ini awal pertemuan kami. Kami akan memberikan bimbingan teknis dasar seperti bagaimana menjadi petani yang modern yang mampu meningkatkat produktivitas lebih tinggi lagi, seperti akses pasar, modal, dan akses informasi,” ujar Dyukur Iwantoro usai membuka gerakan petani milenial di Bagus Agro Pelaga Badung, Selasa (12/3/2019).
Menurutnya, di Bali terdapat 514 kelompok petani. Bahkan yang telah hadir dalam gerakan tersebut mencapai 12 ribu lebih. Ia menjelaskan, gerakan petani ini agar mampu menjadikan Indonesia sebagai lumbung pangan pada 2045. Berbagai macam kendala yang dihadapi untuk meningkatkan petani, yakni semakin tuanya usia petani di Indonesia, Adanya alih fungsi lahan, terutama di daerah perkotaan dan akses permodalan dan akses pasar yang belum diketahui petani.
“Kalau masalah usia petani di Indonesia sekarang akan menjadi percontohan untuk meningkatkan petani muda yang ada di Indonesia. Karena Indonesia merupakan negara yang cukup berhasil melakukan perubahan pertanian, terutama dari aspek teknologi,”jelasnya sembari mengatakan termasuk juga pencanangan regenerasi petani.
Disinggung mengenai bagaimana tindaklanjut kementerian terkait adanya alih fungsi lahan dan akses permodalan, pihaknya mengaku tidak akan menjadi masalah. Jika lahan dikembangkan untuk daerah pariwisata, petani bisa memanfaatkan agro tekno (konsep wisata argro), dengan melihatkan hasil-hasil pertanian.
“Dulu kita menjual hasil petani kita ke pasar. Kalau konsep wisata agro, mendatangkan pasar ke tempat atau lahan pertanian kita. Ini yang nantinya akan kita kembangkan kepada kelompok petani. Tidak hanya perkebunan biasa juga diterapkan dalam tanam pangan yang ada di Bali. Apalagi di Bali kan terkenal dengan subak,” jelasnya.
“Kita sudah memberikan contoh di Tabanan dengan menggunakan hydro power atau Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH) yang bekerja sama dengan Jepang. Jadi petani di sana sudah memanfaatkan teknologi tersebut dengan memanfaatkan air subak untuk energi listrik,” tambahnya.
Dengan adanya gerakan milenial ini, pihak petani akan diberikan bagaimana cara memilih bibit, berkebun, hingga panen. Selain itu, bagaimana mengolah hasil panennya dan bagaimana mengemas produk hasil pertanian di era milenial dan bagaimana melakukan promosi dengan melakukan secara online. “Intinya kami akan gerakkan petani secara modern, dari penanaman hingga pemasaran yang dilakukan,” katanya. (*)