Sifat Pekerjaan Berubah
Rhenald Kasali juga menunjukkan saat ini dunia pendidikan tengah bergulat menghadapi dunia baru yang berbeda dengan referensi akademis kemarin.
"Guru-guru terdiri dari manusia kemarin, sementara yang dibangun adalah manusia masa depan yang buku acuannya belum ada. Lalu birokrat dan ahli banyak yang masih merujuk pada referensi 20 tahun ke belakang, yang menjebak anak untuk berhadapan dengan kecerdasan buatan. Ini bisa membuat anak-anak menjadi robot yang frustasi karena mereka akan kalah," ujarnya.
Menurut Rhenald, kalau anak-anak dipertarungkan dengan artificial intellegence, kita akan lupa menyambut the future of work, yaitu logic berpikir, kreativitas, spirit mencintai lingkungan dan sesama, daya juang, mental petarung, kemampuan bekerja dalam team dan individual, serta kewirausahaan sosial.
Ia mengingatkan, bahwa para inovator yang menciptakan petangkat-perangkat software dan smart devices tidak pernah belajar TI di bangku sekolah. Jadi bukan teknis yang harus dibangun, melainkan kemampuan membaca dan mengeksplorasi.
Ia memberi contoh inisiatif-inisiatif baru berupa partisipasi swasta yang menjawab kebutuhan. Salah satunya adalah The Green School di Bali. Sekolah yang dibangun dengan arsitektur dari bambu ini mempersiapkan anak-anak menjadi green leader.
Sekolah internasional ini membangun kebaruan dan kini banyak diminati siswa asing yang dibawa orangtuanya datang ke Bali. Mereka belajar gamelan dan tarian bali, menanam padi sambil memahami science.
Tahun depan, sekolah yang dipimpin orang bali, Dr Tirka ini akan membuka cabang di New Zealand.
Jadi apa yang dibutuhkan swasta sesungguhnya amat beragam. Ada yang hanya membutuhkan fasilitasi dukungan dan tidak diganggu dengan proses regulasi yang menyulitkan. Namun juga ada yang tentu masih membutuhkan dukungan fasilitas lab, insentif untuk pengembangan, dan tentu saja beasiswa untuk guru.