TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Siapa pemenang Pilpres 2019 memang belum resmi diumumkan. Tapi Jokowi sudah mencari sosok muda untuk membantunya kelak di Kabinet.
Seperti apa kriteria yang dicari Jokowi jika menang nanti?
Wakil Sekretaris TKN Jokowi-Ma'ruf Amin, Ahmad Rofiq mengatakan di susunan kabinet yang baru, Jokowi bakal menggaet kaum-kaum muda untuk membantunya mengurus negara.
"Saat ini Pak Jokowi belum berpikir intens karena kan masih ada sisa-sisa waktu. Tapi dalam pertemuan tanggal 28 April 2019 kemarin setelah pemilu. Jokowi sampaikan saya ingin dalam kabinet ada salah satu, berarti kan banyak," ucapnya.
Baca: Dialog – Isu Reshuffle Kabinet di Ujung Pemerintahan Jokowi (1)
Baca: Golkar Persilakan Jokowi Rombak Kabinet
Saat itu Ahmad Rofiq bebricara dalam sebuah diskusi bertema Pemuda Mana Suaramu di Jl Wahid Hasyim, Jakarta Pusat, Sabtu (11/5/2019).
Menteri muda seperti apa yang dicari Jokowi?
Ahmad Rofiq mengatakan Jokowi meminta tim TKN mencari calon menteri muda yang cantik dan cerdas.
"Salah satu menteri usia 20-30 tahun, pinter, cantik. Coba usia 20-30 tahun siapa? Beliau suruh cari itu. Artinya kan Pak Jokowi punya kepedulian luar biasa dengan generasi muda," ungkap Ahmad Rofiq yang juga Sekjen Perindo tersebut.
Terakhir Ahmad Rofiq juga sependapat bahwa dewasa ini perubahan harus dimotori oleh anak muda untuk membawa Indonesia makin maju dan bisa bersaing dengan negara lain.
Real Count KPU Pilpres 2019 terus berjalan, sementara ini data yang masuk sudah diatas 75 persen.
Hasilnya pasangan nomor urut 01, Jokowi-Ma'ruf Amin lebih unggul dari Prabowo-Sandiaga Uno.
Sementara hasil resmi penghitungan suara oleh KPU baru akan diumumkan pada 22 Mei 2019 nanti.
Menteri Milenial
Sementara itu, Pengamat Politik yang juga Direktur Eksekutif Arus Survei Indonesia, Ali Rif'an, mendukung wacana Presiden Joko Widodo mengakomodir menteri dari kelompok milenial jika kembali terpilih memimpin di periode 2019-2024.
Dia mengungkapkan setidaknya, tiga alasan mengapa kelompok milenial perlu masuk kabinet.
"Tentu sependapat dengan Pak Jokowi, apalagi sesuai riset kami. Ada tiga alasan, minimal kenapa figur milenial perlu masuk kabinet, yakni untuk menjawab tantangan global, menjawab bonus demografi, dan investasi SDM,” ujarnya, saat dihubungi, Jumat (10/5/2019).
Alasan tersebut, yaitu pertama untuk menjawab tantangan global seiring dengan perkembangan teknologi (new media) dan era industri 4.0.
Baca: Qodari: Perlunya Ide Kabinet Rekonsiliasi Nasional
Kedua, kata dia, pada tahun 2030 Indonesia akan menghadapi bonus demografi sehingga mau tidak mau seorang pemimpin negara harus merespon dengan baik gelombang kepemimpinan milenial di tanah air.
Sedangkan, alasan ketiga, dia menjelaskan, investasi sumber daya manusia (SDM).
"Artinya, jika periode sebelumnya pembangunan lebih banyak di titik beratkan pada infrastruktur maka untuk periode kedua mestinya ke SDM," kata dia.
Untuk menjadi seorang menteri berdasarkan penelitian pada 26 Februari-12 Maret 2019, dia melanjutkan, rentang usia 41-50 tahun (52%) dan usia 31-40 tahun (41%) merupakan usia yang paling ideal menjadi menteri.
“Hasil survei kami, yang paling ideal (untuk posisi menteri) adalah rentang usia usia 41-50 dan usia 31-40 tahun. Dan untuk kelompok milenial porsinya 30 persen,” ungkapnya.
Adapun nama-nama figur milenial yang tersaring 12 besar di antara 32 nama yang dilakukan survei.
12 nama itu terdiri dari 6 milenial profesional dan 6 milenial partai.
Untuk milenial profesional yaitu Emil Dardak (wagub Jatim), Nadiem Makarim (pendiri Go-Jek), Achmad Zaky (pendiri Bukalapak), Merry Riana (penulis dan motivator), Witjaksono (pendiri PT.DPUM,Tbk dan PT.DAJK,Tbk), dan Inayah Wahid (putri Gus Dur).
Sedangkan dari milenial partai yakni Agus Harimurti Yudhoyono (Demokrat), Grace Natalie dan Tsmara Armany (PSI), Taj Yasin Maimoen (PPP), Diaz Hendropriyono (PKPI), Lukmanul Hakim (PKB) dan Prananda Paloh (NasDem).
Untuk diketahui, wacana menteri dari kalangan muda atau milenial ini menarik dibahas lantaran sebelumnya sempat disinggung Presiden Jokowi, pada Senin, 29 April 2019 pekan lalu.
“Kita ingin ada yang muda-muda dalam rangka regenerasi ke depan. Kenapa sih? Kan menteri boleh lah yang umur 20-25 tahun kan juga enggak apa-apa. Atau yang 25-30. Biar yang muda-muda bisa belajar kepemimpinan negara. Mungkin yang banyak 30-40. Tapi yang muda seperti yang 25-30, kenapa tidak sih,” tutur Jokowi.
Reporter: Tribunnews.com/Theresia Felisiani/ Rina Ayu/Glery