TRIBUNNEWS.COM,NGANJUK-Operasi penangkapan yang dilakukan Detasemen Khusus (Densus) 88 Antiteror terhadap Dede Yusuf alias Bondan (32) mengejutkan warga Desa Baleturi, Kecamatan Prambon, Kabupaten Nganjuk.
Warga tidak menduga Dede yang biasa aktif di tempat ibadah itu terpapar paham radikalisme. "Banyak warga yang kaget, karena dalam keseharian orangnya pendiam dan alim, sehingga tidak menduga terpapar paham radikal," ungkap Raharjo, seorang warga Baleturi, Rabu (15/5/2019) kemarin.
Baca: Sudah 11.803 Konten Radikalisme dan Terorisme yang Diblokir Kominfo Sejak 2009
Menurutnya, dalam keseharian Dede membaur bersama warga masyarakat lainnya. Sekitar dua tahun lalu Dede menikah dengan Siti Asmuna, namun tidak tinggal di rumah mertuanya di Desa Baleturi.
Dede baru tinggal di rumah sang istri sekira tiga bulan terakhir. Sesuai alamat alamat KTP, Dede merupakan warga Jl Masjid, Kelurahan Kranji, Kecamatan Bekasi Barat, Kota Bekasi, Jawa Barat.
Polisi juga menjemput Siti untuk dimintai keterangan terkait aktivitas yang dilakukan. Sejumlah tetangganya mengungkapkan, sejak menikah dengan Dede memang ada perubahan pada diri Siti.
Sebelum menikah, Siti biasa berdandan seksi dan berbusana ketat. Namun setelah menikah dengan Dede penampilannya berubah drastis. Ketika berada di luar rumah, Siti memakai baju gamis serta bercadar.
Kini, rumah Siti dipasangi police line oleh polisi. Petugas juga menemukan tumpukan kertas bekas dibakar di belakang rumahnya. Lokasi pembakaran berada di dekat kandang sapi. Baca: Dua perempuan muda menanti siapa yang akan lebih dulu meninggal
Densus 88 Antiteror menangkap Dede Yusuf alias Bondan (32 ) di konter HP Redjo Cell, Desa Tanjungtani, Kecamatan Prambon, Kabupaten Nganjuk, Selasa malam. Ada sekira enam anggota Densus 88 yang terlibat penangkapan Dede.
Saat itu Dede Yusuf hendak membeli pulsa. Saat itu Dede menggunakan sepeda motor dan membonceng sang istri berserta anaknya yang masih balita.
Baca: Diduga Mengalami Gangguan Kejiwaan, Sugeng Pelaku Mutilasi Bakal Didampingi Psikiater
Dari keterangan warga sekitar lokasi penangkapan, Dede Yusuf sempat melakukan perlawanan. Ia menolak dibawa petugas sehingga kemudian tangannya diborgol. "Petugas kemudian mambawa paksa orang itu dan memborgol tangannya," ungkap seorang warga sekitar lokasi penangkapan.
Siti sempat meminta agar diantar pulang bersama anaknya. Namun warga tidak ada yang berani dan akhirnya Siti pulang sendiri ke rumah orangtuanya di Desa Baleturi. Dede kemudian dibawa Densus 88 ke markas Brimob Kediri. Konter HP tempat penangkapan sempat dipasang police line, namun kemudian dilepas.
Ikut latihan
Saat yang sama Densus 88 juga menangkap delapan orang terduga teroris di sejumlah daerah di Jawa Tengah. Satu di antara warga Kudus, berinisial UA asal Desa Prambatan Lor, Kecamatan Kaliwungu.
Adik kandung UA menuturkan saat sang kakak ditangkap. "Ada enam orang pakai masker semua. Mereka menanyakan nama kakak, ternyata yang menemui kakak. Langsung kakak dipegang tangannya dan dibawa ke mobil. Bahkan mau pamit kepada ibu tidak sempat," kata AF, adik kandung UA.
Penangkapan itu terjadi pada Selasa sekira pukul 07.00 WIB. Saat itu, UA sedang sibuk di teras rumah mengurus aejumlah botol air mineral yang dipotong bagian ujungnya. Botol‑botol itu tertata rapi, masing‑masing di dalamnya terdapat ikan cupang.