News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Analis Terorisme: Ada Ancaman Teroris Akan Beraksi Saat Aksi Massa 22 Mei

Penulis: Srihandriatmo Malau
Editor: Eko Sutriyanto
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Petugas mengamankan barang bukti dari rumah terduga tertoris di Kampung Nanggewer, RT 02/03, Kelurahan Nanggewer, Kecamatan Cibinong, Kabupaten Bogor, Jumat (17/5/2019)

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Srihandriatmo Malau

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Analis intelijen dan terorisme, Stanislaus Riyanta memperingatkan akan adanya bahaya teroris melakukan aksi teror dengan menggunakan bom sebagai aksi amaliah dengan menyerang kerumunan massa pada 22 Mei 2019.

Alasan teroris akan melakukan aksi teror pada 22 Mei 2019, menurut dia, ada momentum yang dianggap tepat untuk beraksi.

"Yaitu berkerumunnya orang sebagai target, dan pelaksanaan Pemilu sebagai pesta demokrasi yang dianggap berlawanan dengan paham yang dimiliki oleh teroris," ujar Stanislaus Riyanta, dalam keterangannya, Jumat (17/5/2019).

Paling tidak itu terlihat dari kerja cepat Tim Detasemen Khusus (Densus) 88 Antiteror selama bulan Mei 2019 telah menangkap 29 orang yang diduga sebagai teroris, mendekati pengumuman hasil Pemilu Serentak 2019.

Dari 29 orang tersebut, 18 orang ditangkap di Jakarta, Bekasi, Karawang, Tegal, Nganjuk, dan Bitung di Sulawesi Selatan. Sisa 11 orang lainnya ditangkap di sejumlah lokasi di Pulau Jawa, dan 9 dari 11 orang tersebut adalah anggota JAD. Penangkapan 11 tersangka ini disertai barang bukti berupa 1 pucuk senapan angin, 5 kotak peluru, dan satu pisau lempar.

Dari catatan yang diperoleh dari Polri, selama tahun 2019 ini sebanyak 68 terduga teroris telah ditangkap, yang terdiri dari 4 tersangka ditangkap pada Januari, 1 tersangka pada Februari, 20 tersangka pada Maret, 14 tersangka pada April, dan 29 tersangka pada Bulan Mei. Penangkapan tersebut mengakibatkan 8 orang meninggal yang salah satunya adalah pelaku yang meledakkan diri di Sibolga.

Baca: Terduga Teroris yang Ditangkap di Cibinong Berprofesi Tukang Parkir, Dirumahnya Ada Alat Perakit Bom

Banyaknya teroris yang ditangkap akhir-akhir ini juga dipengaruhi dengan membaiknya regulasi yaitu UU No 5 Tahun 2018 tentang Terorisme yang memberikan kewenangan lebih luas bagi aparat keamanan untuk melakukan pencegahan.

Penyebab lain yang bersifat global adalah terdesaknya ISIS di Suriah yang mengakibatkan para simpatisan dan kombatan yang berasal dari berbagai negara kembali ke negara asalnya atau mencari tempat lain untuk sasasaran aksinya. Afganistan dan Asia Tenggara diperkirakan menjadi tempat alternatif selain Suriah untuk perekrutan dan sasaran aksi.

"Hal inilah yang menjadi dasar analisis bahwa saat ini ancaman terorisme di Indonesia masih cukup kuat," paparnya.

Lebih jauh ia menjelaskan, rangkaian penangkapan tersebut menimbulkan kekhawatiran dan pertanyaan. Salah satu bukti kekhawatiran yang muncul adalah peringatan keamanan yang dikeluarkan oleh Amerika Serikat terhadap warganya terkait dengan pengumuman hasil resmi Pemilu Indonesia dengan risiko adanya terorisme.

Kemudian pertanyaan yang muncul adalah mengapa teroris akan melakukan aksi pada kegiatan Pemilu

Memang kata dia, teroris tidak mempunyai hubungan langsung dengan kelompok politik di Indonesia.

Namun teroris mempunyai kepentingan untuk menentang demokrasi.

Baca: Melalui Video, Pernyataan Terduga Teroris Ancam Ledakkan Bom Pakai Remote Control saat 22 Mei

Halaman
123
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini