Aksi teror mereka pada momentum Pemilu selain sebagai bentuk perlawanan terhadap negara, juga karena pertimbangan strategis memanfaatkan kerawanan yang ada.
Kerawanan itu antara lain adanya kerumunan massa, daya tarik publikasi yang tinggi, dan peluang kelengahan aparat keamanan karena skala kegiatan yang cukup besar.
"Kerawanan-kerawanan inilah yang dimanfaatkan oleh kelompok teror, sehingga peluang keberhasilan aksi mereka lebih besar," jelasnya.
Menurut dia, aksi teror yang akan dilakukan pada rangkaian kegiatan Pemilu 2019 bukan sekedar isapan jempol.
Namun tentu saja berbagai upaya bisa dilakukan untuk mencegah aksi teror tersebut terjadi. Diantaranya, tidak memberikan arena kepada kelompok teroris tersebut.
"Dengan tidak ada kerumunan massa dan konsentrasi aparat keamanan di titik-titik tertentu, maka kerawanan akan semakin kecil dan peluang teroris untuk beraksi menjadi lebih kecil," pesannya.
Polri Imbau Masyarakat Tak Turun ke Jalan Pada 22 Mei
Mabes Polri mengimbau masyarakat untuk tidak melakukan aksi turun ke jalan pada tanggal 22 Mei 2019 atau saat KPU mengumumkan hasil rekapitulasi nasional Pemilu 2019.
"Pada tanggal 22 Mei, masyarakat kami himbau tidak turun (ke jalan), ini akan membahayakan," ujar Kadiv Humas Polri Irjen Pol Mohammad Iqbal, di Mabes Polri, Jl Trunojoyo, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Jumat (17/5/2019).
Imbauan itu bukan tanpa sebab, Iqbal menilai tanggal tersebut rawan dari ancaman aksi terorisme. Dari penangkapan sejumlah terduga teroris, diketahui aksi amaliyah akan dilaksanakan dengan memanfaatkan momentum tanggal 22 Mei 2019 tersebut.
"Karena mereka (para terduga teroris) akan menyerang semua massa, termasuk aparat," kata dia.
Baca: Dikawal Polisi Bersenjata Laras Panjang, Begini Penampakan Terduga Teroris yang Diamankan Densus 88
Mantan Wakapolda Jawa Timur itu juga menegaskan adanya ancaman itu melalui sebuah video yang diperlihatkan kepada awak media.
Video itu berisi pengakuan seorang terduga teroris berinisial DY alias Jundi, yang mengaku akan menyerang kerumunan massa saat 22 Mei. Bahkan yang bersangkutan telah merangkai bom.
"Yang mana pada tanggal tersebut sudah kita ketahui bahwa di situ akan ada kerumunan massa yang merupakan event yang bagus untuk saya untuk melakukan amaliyah, karena di situ memang merupakan pesta demokrasi yang menurut keyakinan saya adalah sirik akbar yang membatalkan keislaman. Yang termasuk barokah melepas diri saya dari kesyirikan tesebut," kata DY seperti dikutip dari video tersebut.