News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Pilpres 2019

Jadi Satu Target Pembunuhan, Yunarto Wijaya: Sudah Tidak Ada Dendam Lagi

Penulis: Sri Juliati
Editor: Facundo Chrysnha Pradipha
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Sekjen Persepi sekaligus Direktur Eksekutif Charta Politika Indonesia Yunarto Wijaya sedang memberikan pernyataan dalam acara Expose Data Hasil Quick Count Pemilu 2019 Oleh Anggota Persepi di Hotel Morrissey, Jakarta, Sabtu (20/04/2019). Acara tersebut membahas semua data dan metode lembaga survei yang tergabung dalam Perhimpunan Survei Opini Publik (Persepi) terhadap Quick Count dapat dipertanggungjawabkan.

Inilah respons Yunarto Wijaya setelah namanya disebut sebagai satu tokoh yang jadi target pembunuhan pada Mei 2019.

TRIBUNNEWS.COM - Simak respons Yunarto Wijaya setelah namanya disebut sebagai satu tokoh yang jadi target pembunuhan pada Mei 2019.

Teka-teki siapa pimpinan lembaga survei yang diincar akan dibunuh pada Mei 2019, akhirnya terungkap.

Ialah Direktur Eksekutif Charta Politika Indonesia, Yunarto Wijaya.

Hal tersebut terungkap dalam konferensi pers yang digelar Mabes Polri di kantor Menteri Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan, Selasa (11/6/2019).

Dalam konferensi pers ini, polisi membeberkan peran tersangka eksekutor serta siapa yang menyuruh mereka.

Selain Yunarto, ada empat tokoh nasional lain yang juga jadi target pembunuhan.

Baca: VIDEO Pengakuan Tersangka Eksekutor Wiranto Cs: Sebut Diperintah Kivlan Zen

Baca: Kivlan Zen, Disebut Seorang Pemimpin Rencana Eksekutor 4 Tokoh Hingga Polisi Ungkap Dugaan Perannya

Baca: Pengakuan Irfansyah Diperintah Kivlan Zen Bunuh Yunarto Wijaya, Jamin Keluarga & Dijanjikan Liburan

Sekretaris Jenderal Persepi sekaligus Direktur Charta Politika, Yunarto Wijaya usai konferensi pers PERSEPI terkait hasil quick count, Sabtu (20/4/2019) (Tribunnews.com/Reynas Abdila)

Keempat tokoh itu adalah Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan (Menko Polhukam) Wiranto, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman (Menko Maritim) Luhut Binsar Panjaitan, Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) Budi Gunawan, dan Staf Khusus Presiden Bidang Intelijen dan Keamanan Gories Mere.

Masih konferensi pers yang menayangkan pengakuan para tersangka, terungkap pula bagaimana seorang tersangka dalam melakukan pengintaian rumah Yunarto.

Tersangka Irfansyah alias IR menceritakan, dua hari setelah Pemilu 2019, ia ditelepon Armi untuk bertemu Kivlan Zen di Masjid Pondok Indah.

Armi diketahui sebagai sopir part time Kivlan Zen yang juga jadi tersangka atas kasus kepemilikan senjata api ilegal.

Saat menerima telepon, ia bersama dengan Yusuf di Pos Sekuriti Peruri.

Keesokan harinya, IR bersama Yusuf bertemu Kivlan Zen ke Masjid Pondok Indah sekitar pukul 13.00 WIB.

Tersangka IR (tangkap layar KompasTV)

Sesampai di sana, mereka menunggu Armi yang tak lama kemudian, datang dan mereka sempat makan bersama.

Tak lama kemudian, lanjut IR, Kivlan Zen datang bersama Eka, sopirnya dan menunaikan salat Asar.

Setelah salat, Armi menyuruh IR untuk bertemu Kivlan Zen di dalam mobil sendirian.

"Pak Kivlan mengeluarkan HP dan menunjukkan alamat serta foto Pak Yunarto, lembaga quick count."

"Dan Pak Kivlan berkata kepada saya, 'coba kamu cek alamat ini, nanti kamu foto dan videokan,'" ujar IR menirukan ucapan Kivlan Zen.

IR pun menjawab siap.

Kivlan Zen kembali bilang akan memberikan uang senilai Rp 5 juta untuk operasional, di antaranya untuk makan dan beli BBM.

Selain itu, masih kata IR, Kivlan Zen menjanjikan akan menjamin kehidupan keluarga yang bisa menjadi eksekutor.

"Beliau berkata lagi, 'kalau nanti ada yang bisa eksekusi, saya jamin anak dan istrinya serta bisa liburan ke mana pun,'" kata IR lagi.

Setelah keluar dari mobil, Kivlan Zen meminta Eka untuk mengambil uang operasional yang kemudian diberikan pada IR.

Keesokan harinya, IR dan Yusuf langsung mendatangi kediaman Yunarto sesuai perintah Kivlan Zen sekitar pukul 12.00 WIB.

"Sesampai di sana, dengan HP Yusuf, kami foto dan video alamat Pak Yunarto."

"Setelah itu, dari HP Yusuf, foto dan video dikirim ke HP saya dan saya kirim ke Armi. Armi menjawab, 'Ok, mantap,'" tambah IR.

Mayor Jenderal TNI Purn Kivlan Zen tiba di gedung Bareskrim Polri untuk menjalani pemeriksaan di Jakarta, Rabu (29/5/2019). Kivlan Zein diperiksa sebagai tersangka dalam kasus dugaan makar. (TRIBUNNEWS/IRWAN RISMAWAN)

Setelah melakukan 'pengintaian,' keesokan harinya, Armi datang menemui IR.

IR sempat menanyakan keberadaan senjata Armi yang dijawab, senjata itu sudah digadaikan untuk kebutuhan rumah tangga.

IR dan Yusuf kembali ke kediaman Yunarto untuk melakukan 'pengintaian.'

"Setelah itu, seperti biasa, kami foto dan video lewat HP Yusuf dan dikirimkan ke Armi."

"Tapi, Armi tidak pernah menjawab lagi. Saya dan Yusuf kembali pulang dan sesampai di pos, kami memutuskan mungkin sudah selesai tugas kita."

"Sisa uang yang dikasih untuk operasional, kami bagi-bagi."

IR mengaku, ditangkap oleh polisi berpakaian preman pada 21 Mei 2019, sekitar pukul 22.00 WIB.

Lantas, bagaimana respons Yunarto Wijaya terkait pengakuan satu di antara tersangka eksekutor ini?

Lewat akun Twitter-nya, @yunartowijaya, Yunarto mengaku sudah tidak lagi memiliki dendam baik bagi perencana pembunuhan terhadapnya maupun eksekutor.

Yunarto menambahkan, dalam situasi seperti ini, ia belajar tentang apa makna kasih termasuk ketika ia bisa memaafkan orang memusuhi dirinya.

"Sama seperti yg pernah saya tulis, sudah tak ada dendam lagi dari saya & keluarga baik buat yg jadi perencana ataupun eksekutor."

"Dari situasi2 seperti ini saya belajar ttg apa itu kasih, termasuk ketika bisa maafkan yg memusuhi kita."

"Ayo terus mencintai Indonesia," tulis Yunarto.

(Tribunnews.com/Sri Juliati)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini