“Enggak ada, enggak pernah,” cetus Iwan yang kini menjabat Sekretaris Utama Lembaga Ketahanan Nasional (Lemhanas) ini.
Kembali lagi ke soal pemeriksaan?
“Enggak ada diperiksa! Itu ngobrol-ngobrol santai saja. Saya enggak tahu apa-apa, tapi itu yang diangkat ke media. Harusnya enggak boleh begitu. Ini supaya jelas ya, kok ngomong-nya jadi begitu. TGPF telusuri dong, cari pelakunya, jangan datang ke sini cuma nanya Bapak ketemu Novel, terus itu yang dibesar-besarkan. Itu namanya sensasi. Kalau belum bisa mengungkap pelakunya, jangan memberitakan hal-hal yang keluar dari substansi tujuan dari dibentuknya TPGF,” tukasnya.
Kapan Anda bertemu TGPF?
“Dua bulan yang lalu di kantor saya (Lemhannas). Sekali lagi saya mau bilang, jangan karena saya bertemu Novel lantas jadi komoditas berita. Sudah enggak bisa cari pelaku, saya yang diberitakan. Cari popularitas. Ini enggak baik. Orang yang enggak tahu akan berpikir saya terlibat. Kasihan keluarga saya. Istri saya, anak saya, tanya Bapak terlibat kasus penyiraman Novel? Anak dan adik kandung saya sampai menangis, lho! Itu ‘kan namanya menjatuhkan nama baik saya. Tapi selama saya benar, saya akan lawan semuanya. Bila perlu, saya siap berkorban nyawa untuk kebenaran,” tegasnya.
Menurut Anda, bagaimana penanganan kasus Novel selama ini?
“Sudah ada timnya. Tanya sama timnya saja,” tandas Iwan. (*)