TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Wakil Presiden Jusuf Kalla mengibaratkan Inflasi layaknya tekanan darah di tubuh yang harus dijaga.
JK menyinggung hal itu dalam pembukaan rapat koordinasi Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) di Hotel Grand Sahid, Jakarta, Kamis (25/7/2019).
Ia menuturkan, jika inflasi terlalu tinggi seperti tekanan darah di atas 170 dapat membuat perekonomian ambruk.
Sementara jika terlalu rendah, juga membuat pelaku usaha merugi dan berimbas seperti pemutusan hubungan kerja.
"Inflasi itu seperti tekanan darah. Tapi kalau inflasi rendah atau deflasi, kita juga bisa pusing, pingsan juga. Jadi tekanan darah yang baik itu di tengah-tengah, 120, 130. Jangan 200 - 300, itu pingsan langsung. Tapi inflasi yang deflasi 70 ya pingsan juga," ungkap dia.
Baca: Pengamat: Kalau Jokowi Main Mata dengan yang di Luar Koalisi, Masuk Akal Jika Parpol Koalisi Marah
Untuk itu ia mengingatkan kepada kepala daerah yang hadir agar menjaga tingkat inflasi di wilayah masing-masing.
"Karena itu kenapa inflasi terjaga di tingkat rendah. Kalau tidak ada inflasi juga tidak bagus. Karena tidak ada semangat," tutur dia.
JK menambahkan, indikator dari peningkatan inflasi adalah naiknya harga-harga bahan yang dikonsumsi masyarakat seperti beras, minyak tanah, kedelai, maupun jagung.
"Kalau harga naiknya karet biar saja, karena bukan barang konsumsi. Harga naik kopi, coklat biar saja. Itu hanya Indeks Harga Komsumsi (IHK), jadi asal jangan harga naik langsung bertindak sweeping. Jangan," tutur pengusaha asal Sulawesi Selatan ini.