Irjen Idham rupanya tercatat beberapa kali berkarier di dunia reserse kepolisian.
Kapolri Jenderal Tito Karnavian pernah mengungkap karier Idham Aziz yang berkaitan dengan dunia reserse.
Jabatan lain yang pernah diemban Idham di wilayah Polda Metro Jaya adalah Kapolres Jakarta Barat pada 2008 dan Direktur Reserse Kriminal Umum Polda Metro Jaya pada 2009.
Idham Aziz juga pernah menjadi Wakil Kepala Densus 88 Antiteror pada 2010. Sebelumnya, pada 2005, dia juga pernah menjabat Kepala Unit Pemeriksaan Sub-Detasemen Investigasi Densus/Anti-Teror.
Bahkan dalam karirnya di Densus 88, nama Idham Aziz pernah moncer saat menangkap nama-nama teroris besar seperti Azahari.
Pada 2013, Idham Aziz pernah menjabat Direktur Tindak Pidana Korupsi Bareskrim Polri. Tahun berikutnya, dia menjadi Kapolda Sulawesi Tengah.
Sosok yang disebut 'Jagoan' Densus 88 ini merupakan perwira tinggi yang menyandang dua bintang di bahunya itu.
Kerja sama di antara Kapolri Jenderal Pol Tito Karnavian dan Azis, sebenarnya telah lama terjalin.
Yang paling menonjol adalah saat gembong teroris Malaysia, Dr Azahari, dan kawanannya dibekuk di suatu kompleks perumahan di Batu, Malang, Jawa Timur, pada 2005 silam.
Operasi penangkapan Azahari dan komplotannya pada 9 November 2005, dipimpin langsung Kabareskrim saat itu, Komjen Makbul Padmanegara.
Hebatnya, Idham Azis yang menembak gembong teroris Azahari dalam operasi itu.
Atas prestasinya, Tito Karnavian, Idham Azis, Petrus Reinhard Golose dan Rycko Amleza Dahniel dianugerahi penghargaan dari Kapolri saat itu, Jenderal Polisi Sutanto, berupa kenaikan pangkat luar biasa satu tingkat.
Azis memang telah lama digadang-gadang kelak bakal menjadi salah satu pimpinan di Korps Bhayangkara nanti, sejak dirinya masih menjadi anggota Detasemen Khusus 88 Antiteror Polri.
Tito yang kini menjadi Kapolri telah menerbitkan Surat Pada masa Orde Baru, hampir semua asisten kepala Kepolisian Indonesia pernah menjadi Kepala Polda (Kapolda) atau komandan satuan setingkat. "Aturan main" sama juga berlaku di lingkungan ABRI saat itu.
Jadi, seorang asisten Kapolri atau Panglima ABRI (Pangab), pasti perwira tinggi senior dan hampir pasti pernah jadi Kepala Polda (Kapolda).
Azis merupakan jebolan Akademi Kepolisian pada 1988.
Penugasan perdana dia sebagai letnan dua polisi (saat itu pangkat polisi masih menyesuaikan di ABRI), langsung menjadi anggota perwira Samapta Polres Bandung Polda Jawa Barat.
Setahun kemudian, ia menjabat Kepala Urusan Pembinaan Operasi Lalu-lintas Polres Bandung, kepala Polsek Dayeuh Kolot Polres Bandung, kepala Polsek Majalaya Polres Bandung, kepala Unit VC Reserse Umum Ditreskrimum Polda Metro Jaya, dan wakil kepala Satuan Reserse Kriminal Umum Polda Metro Jaya (2001).
Berbekal kemampuan yang menonjol pada reserse dan kriminal umum (krimum), Azis dipercaya menjabat Kepala Unit Pemeriksaan Sub Detasemen Investigasi Detasemen Khusus (Densus) Antiteror 88 pada 2005 silam. Sejak saat itu, kariernya terus melesat di dunia reskrim, kewilayahan, dan inspektorat.
Namanya tidak pernah ada di lingkungan pendidikan dan latihan Polri.
Dan kini, ia bertanggung jawab menjaga keamanan wilayah DKI Jakarta yang merupakan ibu kota negara.
Sebagai Kapolda Metro yang baru, Azis tentu bakal menghadapi tantangan yang lebih berat.
Yang menjadi tugas utamanya ialah mengatasi potensi ketegangan sosial setelah Pilgub DKI Jakarta yang tetap harus dicermati, agar tidak menjelma menjadi konflik sosial.
Tantangan kedua ialah ancaman terorisme yang tetap harus diantisipasi, dan ketiga kasus penyidik KPK Novel Baswedan, serta kasus yang menerpa Habib Rizieq Syihab perlu secepatnya dituntaskan demi tegaknya supremasi dan kepastian hukum di masyarakat.
(Tribunnews.com/Tribun Jambi/Tribun Jogja)