News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Kabinet Jokowi

Menurut Rocky Gerung, Dari Pertemuan Prabowo & Megawati Terlihat Ada Pihak yang Mau Disingkirkan

Editor: Hasanudin Aco
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri (kiri) berjabat tangan dengan Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto (kanan) usai mengadakan pertemuan tertutup di kediaman Megawati Soekarnoputri, Jalan Teuku Umar, Jakarta, Rabu (24/7/2019). Pertemuan tersebut sebagai silaturahmi serta membahas berbagai persoalan bangsa. TRIBUNNEWS/IRWAN RISMAWAN

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Rocky Gerung menyampaikan kalimat penutup di ILC TV One Selasa (30/7/2019) malam.

Bukan Rocky Gerung kalau tidak heboh.

"Terima kasih Bang Karni," kata Rocky Gerung mengawali closing statemen di ILC TV One tadi malam.

"Ternyata keliru kontestasi Pak Jokowi bahwa sudah selesai problemnya. Itu 01 makin menjadi-jadi problemnya. Itu urusan andalah. Saya mengurus tema hari ini," kata Rocky Gerung.

ILC TV One mengangkat tema Teuku Umar atau Gondangdia, Kelompok 212 Mau Ke Mana?

"Dari tadi tidak ada yang menjawab secara telak di mana posisi 212 itu. Karena memang sulit sehingga mungkin perlu Donald Trump jawab itu. Kalau Donald Trump datang ke sini tanya saja itu. Tetapi kalau Donald Trump membatalkan datang karena masih ada problem di koalisi 01 itu lalu kalau yang tiba adalah Habib Riziez dan Habib Rizieq kasih nasi padang ke Sandi ajak makan. Saya permainan pikiran. Ada makan siang Habib Rizieq dan Sandi Uno. Pertanyaannya adalah kemana Gondang Dia ke mana Teuku Umar. Siapa yang datang duluan sodori nasi goreng siapa datang duluan tawari nasi kebuli? Anything goes. Itu dinamika dan problematika utamanya," kata Rocky Gerung.

Rocky Gerung menghadiri sidang lanjutan kasus dugaan penyebaran berita bohong atau hoaks dengan terdakwa Ratna Sarumpaet di PN Jaksel, Selasa (23/4). (Vincentius Jyestha/Tribunnews.com)

Baca: Mengenal Orang-orang Dekat Jokowi di Istana, Siapa Saja?

Baca: Benarkah Pasukan Elite Koopssus TNI Mirip dengan Koopsusgab yang Dibentuk Moeldoko Tahun 2015 Lalu?

Rocky Gerung juga sudah punya jawaban tentang pertemuan Teuku Umar dan Gondangdia.

Teuku Umar merujuk kepada kediaman Ketua Umum DPP PDIP Megawati Soekarnoputri.

Sementara Kawasan Gondangdia merujuk kepada Kantor DPP Partai Nasdem yang dipimpin Surya Paloh.

Di Jalan Teuku Umar, pertemuan Megawati dan Prabowo dengan menu nasi goreng.

Sementara Ketua Partai Nasional Demokrat (NasDem) Surya Paloh bertemu dengan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan di kantor DPP Partai Nasdem di Gondangdia, Jakarta, Rabu (24/7/2019).

Pertemuan berlangsung selama 30 menit yang diawali makan siang dengan menu utama nasi kebuli.

"Kalau dua orang bertemu artinya ada pihak ketiga mau disingkirkan. Gampang kan? Tinggal ditanya siapa pihak yang hendak disingkirkan? Yang bereaksi lebih cepat tentu! Yang bereaksi lebih cepat terhadap (pertemuan) Teuku Umar siapa? Ya Gondangdia bereaksi lebih cepat. Kan simple kan loginya," kata Rocky Gerung disambut ekspresi berbeda sejumlah narasumber ILC TV One.

Akbar Faizal tampak tersenyum sementara Haikal Hassan menulis sesuatu di catatannya.

Lalu bagaimana kelompok 212?

"212 mau disingkirkan? Tidak bisa! Dia berakar dari imajinasi bangsa ini kok. gampang kok masalah itu," kata Rocky Gerung.

Simak video lengkapnya:

Ternyata Sandiaga Uno tak Diajak Prabowo Ketemu Jokowi

ILC TV One Selasa (30/7/2019) berlangsung seru.

Calon Wapres RI Sandiaga Uno juga hadir.

Pasangan Prabowo Subianto pada Pilpres 2019, Sandiaga Uno, curhat terkait rekonsiliasi Prabowo dan Jokowi yang terjadi beberapa waktu lalu.

Acara ILC tvOne mengangkat tema "Antara Teuku Umar dan Gondangdia: Kelompok 212 Mau ke Mana?".

Saat mendapat giliran bicara, Sandiaga Uno menceritakan detik-detik sebelum Prabowo memutuskan bertemu Jokowi.

Sandiaga mengaku sempat dihubungi Prabowo sehari sebelum pertemuan tersebut.

"Saya baru tiba dari luar negeri, tiba-tiba pak Prabowo telepon menyampaikan akan ada pertemuan tinggal menunggu waktu, tempatnya belum diketahui. Dia bicara pakai bahasa Inggris mengatakan, 'this is a meeting will not include you'" ungkap Sandiaga Uno.

Sandiaga menghormati kejujuran Prabowo menyampaikan hal tersebut. Apalagi, Prabowo tak lupa meminta pandangannya soal pertemuan dengan Jokowi.

"Sebagain pendukung fanatik Prabowo-Sandi memang ada yang menyesalkan (pertemuan dengan Jokowi), tapi setelah saya temui satu per satu mereka dapat mengerti. Pak Prabowo mengedepankan kepentingan bangsa negara. This time to move on," kata Sandi.

Terkait pandangannya, Sandiaga Uno mengaku memberi saran kepada Prabowo agar partai politik pengusung tidak bergabung menjadi koalisi Jokowi.

"Ada elite politik di luar pemerintah yang hadir untuk memberi masukan, input konstruktif, alangkah bermartabatnya kalau (partai-partai) menempatkan diri di luar pemetintahan memberi masukan konstruktif.

Tapi keputusan terakhir di Prabowo dan partai-partai. Saya pribadi memiliki satu pandangan, selain bagian dari rekonsiliasi harus ada konsistensi bahwa 68 juta lebih masyarakat Indonesia menginginkan perubahan, terutama ekonomi.

Kalau semuanya ada di pemerintahan, nanti siapa yang bicara mewakili harapan masyarakat," ungkap Sandiaga Uno.

Host Karni Ilyas kemudian mempertegas maksud Sandiaga Uno, apakah tetap menginginkan oposisi meski ada kabar Partai Gerindra menginginkan menteri ekonomi dari mereka?

"(Gerindra menginginkan menteri ekonomi dari mereka) saya tidak dilibatkan dalam pembicaraan tersebut," kata Sandiaga Uno.

Menurut Sandiaga, sebagai bagian dari mantan calon wakil presiden pasangan Prabowo, dirinya sudah memberikan pandangan pribadinya. Namun keputusan tetap ada di tangan Prabowo dan partai-partai pengusung.

Bahkan, kata Sandi, dirinya sudah diminta mundur dari jajaran petinggi Partai Gerindra oleh Prabowo sendiri.

"Pak Prabowo konsekwen, meski saya diminta mundur tapi beliau selalu bertanya tentang pandangan saya. Ya saya sampaikan bahwa mengawal pemerintahan dari legislatif bisa, apalagi (Gerindra) sebagai pemenang nomor dua terbanyak. Melalui masyarakat juga bisa," kata Sandiaga Uno.

Kritik Wacana Pilpres 2024

Di acara ILC tvOne, Selasa (30/7/2019) malam, Sandiaga Uno juga memberikan kritik soal wacana Pilpres 2024.

Sandiaga menilai hal tersebut terlalu prematur untuk dibahas.

"Energi kita keluarkan begitu besar di Pilpres 2019. Ada Rp 25 triliun lebih anggaran yang terpakai, perjuangan mengadu gagasan, tiba-tiba sekarang sudah ngomong 2024. Menurut saya ini prematur sekali," kata Sandiaga Uno.

Sandiaga menilai, wacana Pilpres 2024 hanya menarik bagi pengamat.

Tapi bagi rakyat kebanyakan, justru memilih untuk menagih janji-janji pemerintah.

"Ada 60 persen masyarakat Indonesia menunggu perbaikan ekonomi yang dijanjikan bulan-bulan kemarin. Kalau dalam beberapa bulan ke depan tidak terlihat saya khawatir masyarakat akan kecewa," ujarnya.

Menurut Sandiaga Uno, sebagai presiden terpilih Jokowi tidak perlu menunggu pelantikan untuk mengganti menteri-menterinya.

"Ganti menteri nggak usah nunggu Oktober, bisa sekarang. Bisa dijalankan lebih awal, sehingga yang dijanjikan bisa direalisasikan lebih cepat. Koalisinya pak Jokowi sudah cukup untuk menelurkan satu kebijakan yang ditunggu-tunggu masyarakat. Tapi sekali lagi, ini pandangan pribadi saya," pungkas Sandiaga Uno.

Simak video lengkapnya:

(TRIBUN-TIMUR.COM/MANSUR AM)

Artikel ini telah tayang di tribun-timur.com dengan judul Rocky Gerung Sebut Pertemuan Prabowo & Megawati Mau Singkirkan Orang Ini

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini