TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Setelah ditangisi orang tuanya karena dilaporkan Kemendagri ke polisi atas tindakannya mengungkap indikasi jual data kependudukan, pemilik akun twitter hendralm, akhirnya bisa bernapas lega.
Ia tidak jadi diproses hukum. Tapi justru sebaliknya, diundang dan mendapat ucapan terimakasih dari Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Tjahjo Kumolo
"Kami juga terima kasih pada warga masyarakat, netizen, yang melaporkan ada indikasi jual beli itu," ujar Tjahjo di Gedung Kemendagri, Jakarta, Kamis (1/8/2019).
Kemendagri telah melaporkan temuan tersebut ke polisi untuk ditindaklanjuti. Tjahjo pun menyerahkan sepenuhnya proses penyidikan kepada Bareskrim Polri.
Tjahjo memastikan kebocoran data kependudukan bukan berasal dari program kerja sama antara Direktorat Jenderal Kependudukan dan Catatan Sipil dengan perusahaan perbankan, asuransi, dan perkreditan.
Tjahjo mengatakan, pihaknya memastikan nota kesepahaman antara Kemendagri dan perusahaan-perusahaan tersebut memuat kewajiban semua pihak untuk menjaga data kependudukan yang diakses secara terbatas.
"Karena secara clear dari Kemendagri termasuk MoU dari beberapa instansi kementerian lembaga dan swasta, perbankan, asuransi, itu enggak ada masalah. Enggak akan bocor," ujar Tjahjo.
"Tapi kan bisa aja oknum-oknum masyarakat memanfaatkan itu dengan google, dengan membuka medsos dan lain sebagainya."
"Itu yang dilarang karena setiap warga negara harus dilindungi rahasia data kependudukannya," lanjut dia.
Direktur Jenderal Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kementerian Dalam Negeri Zudan Arif Fakrulloh menyebut, pemilik akun Twitter @hendralm memiliki andil besar dalam mengungkap kasus jual beli data kependudukan.
Hal itu diungkapkan Zudan seusai bertemu dengan Hendra Hendrawan, pemilik akun @hendralm di Pusdiklat Kepemimpinan LAN RI, Pejompongan, Jakarta Pusat, Kamis (1/8/2019).
"Tadi kami bertemu Mas Hendra menjelaskan bagaimana duduk persoalannya."
"Ini pemilik akun yang bernama Samuel Christian, sehari-harinya bernama Hendra Hendrawan."
"Inilah yang berjasa membuka adanya masalah ini," ujar Zudan seusai pertemuan.
Menurut Zudan, dalam pertemuan yang berlangsung sekitar satu jam itu, Hendra menjelaskan mengenai modus jual beli data kependudukan yang terjadi di salah satu grup Facebook.