"Warga langsung keluar dan lampu padam, listrik langsung padam sehingga orang-orang kelabakan. Orang-orang bingung mau ke mana karena gelap, semua menjerit," tutur Raniah kepada Tribun Network, Jumat (2/8) malam melalui sambungan telepon.
Sejumlah warga Kampung Paniis kemudian memilih mengungsi ke dataran tinggi usai di guncang gempa 7,4 SR. Raniah dan ratusan warga mengungsi ke sebuah saung di tepi sawah yang berjarak 300 meter dari kediamannya.
Kampung Paniis berjarak kurang lebih 100 meter dari bibir pantai. Mereka khawatir terjadi tsunami setelah gempa bumi.
"Saat ini saya mengungsi di saung kecil di sekitar sawah. Jaraknya 300 meter dari rumah," ujar Raniah.
Raniah juga sempat membagikan foto kondisi saung yang diisi oleh anggota keluarga dan tetangganya untuk mengungusi.
Terlihat dalam foto sejumlah perempuan dan anak-anak duduk di saung itu. Kondisi saung terlihat gelap.
Hanya kilat lampu kamera yang terpancang dari foto tersebut.
Analisis Ahli Tak Berpotensi Tsunami
Sejumlah daerah, termasuk Jakarta sempat merasakan gempa bermagnitudo 7,4 yang terpusat di Banten, Jumat (2/8/2019) malam.
Tidak hanya di Pulau Jawa, gempa juga dirasakan hingga Mataram.
Baca: Warga Paniis Pandeglang Mengungsi ke Saung Setelah terjadi Gempa 7,4 SR
Menurut keterangan awal BMKG, hiposenter gempa berada di kedalaman 1o kilometer, namun perhitungan manual menunjukkan hiposenter berada di kedalaman 48 kilometer.
Selain itu kekuatan gempa tadi malam adalah M 7.4, yang kemudian dimutakhirkan menjadi M 6,8.
Berdasar keterangan awal dengan kedalaman 10 kilometer, wajar bila BMKG mengeluarkan peringatan potensi tsunami.
Pasalnya, gempa yang terjadi di kedalaman 10 kilometer atau lebih di dalam laut dan memiliki magnitudo cukup besar, merupakan gempa megathrust yang bisa memicu tsunami.