Laporan Wartawan Tribunnews.com, Ilham Rian Pratama
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menyatakan terdapat kerugian negara imbas dari kebakaran hutan dan lahan (karhutla) yang terjadi sejumlah wilayah di Indonesia.
Wakil Ketua KPK Saut Situmorang menyimpulkan, adanya karhutla merupakan bagian jahat dari tambang tanpa izin, termasuk pula lahan sawit yang tumpang tindih.
"Ada hutan yang jumlahnya semakin berkurang, KPK kan masuk di kerugian negara. Ini ada kerugian negara," ujar Saut di Gedung Merah Putih KPK, Jakarta, Selasa (13/8/2019).
Baca: PAN Usul Ada Penambahan Pimpinan MPR, PKB: Tergantung Kesepakatan
Baca: Peneliti Intelijen: Enzo Allie Bisa Jadi Duta Taruna Toleran TNI
Baca: Kisah Kelaparan Putri di Peureulak Berujung Bantuan dari Kementan
Lebih jauh menyoal karhutla, Saut menegaskan hal yang melatarbelakangi kejadian tersebut bisa saja adanya tindak pidana korupsi.
Sama halnya dengan kasus tambang tanpa izin, tumpang tindih perizinan lahan sawit, atau soal deforestasi, kasus kebakaran hutan dan lahan juga diperhatikan oleh KPK bila ada indikasi kerugian negara.
"Jadi pembakaran hutan itu akan dilihat dari sisi yang berbeda penindakannya, undang-undangnya. Kompetensi kita kan di isu korupsinya," tandas Saut.
Karena ada kerugian negara itu, menurut Saut, KPK bisa memberikan rekomendasi terkait pencegahan-pencegahan.
Meski demikian, Saut mengatakan KPK akan melakukan penindakan bila ditemukan tindak pidana korupsi dalam peristiwa karhutla.
"Kalau ada kerugian negara KPK masuk di pencegahannya, kalau kemudian ada kita bisa buktikan ada korupsi kita lakukan penindakan," jelasnya.
Untuk diketahui, kebakaran hutan dan lahan terjadi di sejumlah wilayah di Indonesia seperti Riau, Sumatera Selatan hingga Aceh. Kebakaran hutan dan lahan itu semakin meluas.
Di Sumatera Selatan, Kepala Bidang Penanganan Kedaruratan BPBD Sumsel Ansori menyebut hingga saat ini luas lahan terbakar di Bumi Sriwijaya mencapai 583 Hektare. Lahan terbakar sejak awal tahun 2019 lalu.
"Luas lahan terbakar sampai hari ini ada 583 hektar, tersebar di beberapa daerah. Tetapi mayoritas memang ada di Ogan Ilir atau dekat Tol Palindra," ujar Ansori, Selasa (13/8/2019).
Luas lahan terbakar, kata Ansori banyak terjadi sejak Juli-Agustus. Bahkan untuk pemadaman sudah ada 5 unit heli water bombing yang disiagakan.